CHAPTER 22 - Threats Haunt Me (2)

101 14 1
                                    

Aku mulai menata buku-bukuku ketika Prof. Smith mulai melangkah keluar kelas. Setelah selesai dengan buku-bukuku yang sudah kumasukkan kembali ke tasku aku berangsur melangkah keluar kelas.

Berjalan di sepanjang koridor kampus, aku berniat untuk pergi ke kafetaria setelah mata kuliah Prof. Smith. Kau tahu? Mata kuliah Prof. Smith membuat kepalaku mendidih sehingga berdampak pada perutku.

Ketika kakiku masih melangkah di sepanjang koridor kampus, tiba-tiba saja seseorang menarik tanganku lalu mendorong tubuhku hingga punggungku menabrak sebuah tembok.

Mataku membelalak kaget ketika mendapati Caitlin yang sudah berdiri di hadapanku dengan tatapan penuh kebenciannya.

"Apa yang kau lakukan pada Brad huh?" Teriaknya tepat di wajahku. Sekilas aku membuang muka darinya lalu kembali menatapnya dengan malas.

"Apa maksudmu? Aku tidak melakukan apa-apa padanya"

"Brad memutuskanku, apa yang sudah kau lakukan padanya eh?" Apa? Brad sudah memutuskan hubungannya dengan Caitlin. Sejak kapan Brad memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Caitlin? Kenapa ia tak memberitahuku?

"Caitlin, aku bersumpah aku tidak tahu apa-apa" Jawabku.

Caitlin mulai menatapku dengan gemas. Sorot matanya seakan ingin membunuhku hidup-hidup tepat di hadapannya. Tangannya lalu beralih ke rambutku yang sialnya sedang ku gerai sehingga memudahkannya untuk menjambak rambutku. Aku hanya bisa meringis kesakitan menerima perlakuannya.

"Aww hentikan Caitlin, ini sakit" Rintihku.

Caitlin hanya tertawa ironi sembari tangannya semakin kuat menjambak rambutku.

"Dasar jalang, kau tahu? Rasa sakitmu tak sepadan dengan rasa sakit yang kuterima ketika Brad memutuskanku"

"Dengar! Aku tidak mau ikut campur dalam urusan pribadi kalian, jadi kumohon hentikan. Kepalaku sakit Caitlin"

Bukannya melepas tangannya dari rambutku, ia malah semakin memperkuat jambakannya pada rambutku. Hingga kurasa sebentar lagi rambutku akan tercabut dari kulit kepalaku. Oh ini sungguh sakit.

"Sayangnya kau sudah terlanjur ikut campur dalam hubungan kami, dan kau tidak bisa lari dariku hingga kau merasakan rasa sakit yang kuterima yang itu penyebabnya adalah kau"

Pikiranku seketika tertuju akan telepon misterius yang kuterima beberapa hari yang lalu. Ancaman yang Caitlin lontarkan padaku, terdengar serupa dengan ancaman yang kuterima pada telepon misterius itu. Apa ini masih berhubungan dengan telepon misterius yang kuterima beberapa hari yang lalu? Tapi apa kemungkinan itu benar? Ah entahlah.

Aku bernafas lega ketika tangan Caitlin terlepas dari rambutku. Tapi ketika kepalaku mendongak, kulihat tangan Caitlin sudah terangkat yang kurasa ia akan menampar pipiku.

Tetapi belum sempat tangannya mendarat di pipiku, seseorang menahan tangannya sehingga tamparan itu tidak jadi mendarat di pipiku. Untuk yang kedua kalinya, aku kembali bernafas lega. Aku menoleh dan mendapati James yang ternyata ia yang menahan tangan Caitlin.

"Jangan hanya berani bermain kasar" Ujar James datar yang ia tujukan pada Caitlin.

Caitlin menatapku dan James secara bergantian dengan wajahnya yang sudah dipenuhi dengan emosi yang ingin meledak-ledak.

"Kenapa tidak, jika si jalang ini pantas mendapatkannya" Oh itu dalam.

"Pantas saja Brad memutuskanmu, kau sendiri saja tidak bisa mejaga ucapanmu. Siapa pria yang bisa tahan denganmu eh?" Kulihat ia diam tak bergeming seakan kalimat yang baru saja James lontarkan padanya menjadi tamparan baginya.

"Dengar kau jalang!" Ia berbicara seraya menunjuk-nunjukku tepat di depan wajahku. "Mungkin saat ini kau masih bisa bersenang-senang, tapi tak lama lagi kau akan mendapatkan hal yang pantas kau dapatkan dan aku akan kembali mendapatkan Brad" Sambungnya. Dengan begitu ia langsung melenggang pergi dari hadapan kami.

Aku hanya menghela nafas pasrah lalu memejamkan mataku untuk beberapa detik.

"Hei, kau tak apa?" Tanya James padaku.

Aku mengangguk pelan. "Ya, aku baik-baik saja. Terima kasih James"

"Tak masalah Summer" Aku mulai menegakkan tubuhku dan hendak kembali melangkah menuju kafetaria.

"Hei kau mau kemana?" Tanya James.

"Kafetaria"

"Boleh aku ikut denganmu?"

Aku mengangguk. "Ya tentu"

Pikiranku sudah tak fokus lagi. Segala ancaman yang aku dengar kini berputar-putar di kepalaku. Aku tak tahu hal buruk apa yang seseorang sedang rencanakan padaku. Semuanya jauh di luar pikiranku. Bahkan aku tak tahu apa yang mereka inginkan dariku.

Baiklah satu ancaman lagi untukmu Summer.


SHORT CHAP, sorry

Jangan lupa VOTE + COMMENT ya...

Thanks xx


Just You (Bradley Simpson)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang