CHAPTER 37 - Puzzle

33 3 1
                                    

Summer's POV

Aku terbangun dari alam mimpiku ketika kurasakan sesuatu sangat terang dan hangat menembus kelopak mataku. Mengerjapkan mata, ternyata matahari sudah muncul dari tempat persembunyiannya. Aku melirik pada jam dinding. Pukul 7.00 A.M. Sebaiknya aku segera bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Tetapi disaat itu pula aku merasa ada sesuatu yang kurang. Dan ternyata Brad sudah tidak ada dikasur. Dengan begitu aku berangsur turun dari kasur, menuju toilet untuk mencari Brad.

"Brad...." Aku memanggil-manggilnya, mencarinya disetiap ruangan, tetapi tidak ada. Kemudian aku turun ke lantai satu, "Brad... kau dimana?" Mencarinya di ruang tengah, dapur, hingga halaman belakang, tetapi aku tidak menemukannya. Kemana ia perginya? Tidak biasanya ia pergi se pagi ini. Lantas aku membuka pintu utama, dan mendapati mobil Brad yang tadinya masih di bengkel, sekarang sudah ada di depan rumah. Jika mobil Brad ada dirumah lalu kemana ia sekarang? Apa ia pergi dengan Paul? Kenapa Brad tidak memberitahuku sama sekali atau setidaknya meninggalkan pesan untukku? Menyebalkan, pagi-pagi suasana hatiku sudah dibuatnya kesal.

Dengan malas aku berangsur menuju ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Karena pagi ini aku ada kelas Prof. Smith dan aku tidak mau terlambat. Setelah selesai mandi dan berganti baju-pun, aku tetap belum melihat keberadaan Brad. Akhirnya dengan terpaksa, aku menghabiskan sarapan dengan serealku seorang diri.

Tetapi tak berselang lama, seseorang membuka pintu utama, dan Brad muncul dari balik pintu tersebut. Dia mengenakan celana olah raga, kaos hitam, dan sepatu lari. Aku mengernyit bingung, apa ia baru saja berolah raga? Tetapi tumben sekali.

"Hei, selamat pagi sayang." Brad berjalan kearahku.

"Selamat pagi Brad, kau dari mana saja? Aku mencarimu kemana-mana," tanyaku.

"Aku baru saja lari pagi. Maafkan aku tidak memberitahumu, kau terlihat masih tidur pulas dan aku tidak tega membangunkanmu, " jelasnya.

"Tak apa, Brad."

"Baiklah, aku mandi dulu, setelah itu kita berangkat."

Aku mengangguk, dengan gerakan cepat Brad mengecup pipiku dan kemudian mengatakan, "Aku sangat mencintaimu." lantas Brad melesat menuju tangga, dan naik ke lantai dua untuk mandi. Kedua pipiku seketika mamanas seiring kecupan Brad yang masih terasa.

Sejenak aku berpikir, tidak biasanya Brad bangun sepagi itu untuk lari pagi—Maksudku, Brad memang sesekali melakukan olah raga, itupun hanya didalam rumah sekedar latihan angkat beban dan semacamnya. Aku hanya heran saja, tumben sekali Brad berniat bangun sepagi itu dan melakukan olah raga di luar.

Aku mengambil dua butir telur untuk diorak-arik yang disajikan bersama bacon yang digoreng sebagai menu sarapan Brad serta secangkir kopi panas sebagai pelengkapnya. Tak berselang lama Brad muncul dari tangga. Ia sudah berpakaian rapi mengenakan kemeja dengan tiga kancing teratasnya yang tidak ia kaitkan, celana bahan, serta jas berwarna senada dengan celananya. Tidak lupa sepatu boots andalannya. Ya Tuhan, kenapa pria ini sangat indah sekali? Seumur hidupku aku tidak akan pernah berhenti untuk mengagumi pria ini.

"Terima kasih, sayang, " ujarnya setelah aku menaruh sarapannya di hadapannya.

Brad duduk dikursi mini bar dan langsung meraih secangkir kopinya lantas menyesapnya dengan perlahan. Entah kenapa, pagi ini aku melihat aura Brad jauh lebih bersemangat daripada hari-hari sebelumnya. Aku bersyukur, jika memang Brad setidaknya sudah merasa lebih baik dari sebelumnya. Well, kurasa hal tersebut karena sebuah keterbukaan dan kejujuran. Setelah Brad bercerita padaku akan kondisinya, kuharap setidaknya Brad tidak lagi merasa bahwa ia memikul beban itu sendirian.

"Kau serius akan menemaniku menemui Dr. Herrin siang nanti?" tanya Brad setelah menyuapkan telur orak-ariknya ke mulutnya.

"Ya, tentu," jawabku mantap.

Just You (Bradley Simpson)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang