CHAPTER 32 - Appreciate

50 1 0
                                    

Kuletakkan baju terakhir ke dalam lemari, memastikan sekali lagi bahwa semuanya telah tertata rapi lantas menggeser, menarik daun pintu lemari besar ini. Lemari tertutup—mataku terpaku pada bayangan diriku didepan cermin lemari besar ini. Pikiranku penuh dengan ketidakpercayaan atas semua yang telah kulalui sejauh ini. Maksudku, apakah ini nyata? Aku dan Brad? Sahabat menjadi kekasih? Aku tahu ini terdengar klasik, tapi rasanya seperti ibu peri yang datang disuatu malam mengabulkan keinginan Cinderella. Terjadi begitu cepat dan kuharap semua ini tidak hanya sementara layaknya gaun dan kereta kuda Cinderella. Yang kuharapkan adalah akhir kehidupan bahagia bersama pangeranku.

"Kau sedang apa?" Suara berat nan khas seketika membuyarkan lamunanku. Masih menghadap ke cermin, kedua bola mataku bergerak mengikuti arah kemana ia berjalan. Tubuh yang hanya berbalut dengan handuk dan rambut yang masih basah memaksaku untuk menelan ludah. Ia baru saja keluar dari kamar mandi.

"Baru saja selesai menata baju"

"Ah gadisku pasti sangat lelah" Yah, tentu saja. Pindah rumah memang cukup menguras energi. Menata pakaian, menata perabotan, mengganti tirai semuanya kulakukan hanya bersama Brad. Awalnya Brad bersikeras mamakai jasa untuk menata seisi rumah ini, tetapi aku menolaknya. Karena kurasa akan menyenangkan jika seisi rumah ini hasil dari ide kami berdua. Dan sekarang gadis batinku sudah mengeluh kelelahan. Ingin sekali meregangkan tulang punggungku di kasur. Oh nikmatnya tiada duanya, sayangnya aku harus membersihkan tubuhku terlebih dahulu.

"Tidak, aku senang melakukannya" Dustaku. Sedetik kemudian tangan Brad melingkar diperutku, merengkuhku dari belakang. Tubuhnya yang masih basah sedikit membuatku terkejut karena kulitku terasa disentuh oleh es.

"Jangan mencoba membohongiku sayang" Bibinya yang menyentuh telingaku seketika menggelitik seluruh tubuhku hingga membuat tubuhku membeku.

"Kau tak percaya padaku?" Godaku. Brad menarik satu alisnya keatas. Sungguh aku tidak tahu apa maksudnya. "Kurasa aku harus mandi" Aku melepas tanganya yang masih melingkar diperutku lantas melenggang dari sisinya.

"Kalau begitu aku ingin mandi bersamamu" Kedua mataku membelalak.

"3 menit yang lalu kau baru saja keluar dari kamar mandi, kau tak lihat? Kau masih memakai handukmu Brad. Dan sekarang kau ingin mandi lagi?! kurasa kau sudah menujukkan indikasi gejala pikun"

"Oh ayolah aku hanya ingin mandi bersamamu" Gerutunya.

"Tidak. Cepat pakai bajumu!" Kulempar kaos kearahnya dengan begitu ia langsung bedecak kesal. Lantas kakiku melangkah masuk ke kamar mandi.

"KAU INGIN MAKAN MALAM APA SAYANG? AKU AKAN MEMASAK UNTUKMU" teriakannya yang masih kudengar dari dalam kamar mandi.

"ANYTHING, KUHARAP KAU TIDAK MEMBAKAR SEISI DAPUR"

"SIAL, KAU MERAGUKAN KEMAMPUANKU SUMMER"

"I CAN'T HEAR YOU"

***

Menelusuri setiap inch layar laptop tuaku, meninjau ulang project yang tengah aku kerjakan sebagai tugas kuliahku. Aku berusaha kembali ke rutinitasku sebagai mahasiswa setelah seharian penuh berjibaku dengan seisi rumah ini. Brad masih sibuk dengan frying pan dan kompornya. Entahlah apa yang sedang ia buat.

Brad berbalik lantas menuang pasta dari frying pan nya ke dua piring yang ada dihadapanku. Aromanya menyeruak ke indera penciumanku. Yang tadinya aku sudah tak ingat lagi bahwa aku sedang lapar karena frustasi dengan project kuliahku, kini aku sudah tak tahan ingin segera melahap pasta ini. Brad melenggang dari hadapanku dan kembali dengan sebotol wine di tangannya. Aroma khas anggur seolah membuat seluruh tubuhku relax setelah seharian penuh sibuk dengan perabotan di rumah ini. Lantas aku melahap pasta tersebut tanpa menunggu instruksi Brad, oh aku sungguh tidak peduli.

Just You (Bradley Simpson)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang