CHAPTER 9 - May I Have Your Eyes?

141 17 1
                                    

Mobil Brad memasuki pekarangan sebuah rumah mewah, bukan, maksudku sebuah mansion yang terletak di kawasan Brooklyn. Ya, mansion ini sungguh sangat besar. Terdapat sebuah kolam air mancur tepat di pekarangan depan mansion tersebut.

Tapi untuk apa Brad mengajakku kemari? Apa ini mansionnya? Atau bahkan mansion ini milik Caitlin?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi untuk apa Brad mengajakku kemari? Apa ini mansionnya? Atau bahkan mansion ini milik Caitlin?

Brad memberhentikan mobilnya tepat di depan mansion tersebut.

"Ayo" ucap Brad seraya melepas seatbeltnya dan sejurus kemudian keluar dari mobil.

Masih dengan perasaan bingung, lebih baik aku menuruti saja perkataanya. Toh aku akan tahu nanti.

Melepas seatbeltku lalu membuka pintu dan keluar dari mobil, aku menyusul Brad yang sudah berjalan menuju pintu mansion tersebut.

"Brad sebenarnya ini mansion siapa?" Tanyaku.

"Kau akan tahu nanti" Jawabnya seraya menyeringai kepadaku. Sedetik kemudian, Brad memencet tombol bell pada mansion tersebut.

Tak ada jawaban, Brad kembali memencet bell tersebut. Brad mulai berdecak kesal ketika tak ada seorangpun yang membukakan pintu tersebut.

"Kurasa pemiliknya sedang tidak di rumah" ujarku.

"Tidak. Kau jangan sok tahu Summer"

Memutar bola mataku. "Nyatanya sedari tadi tak ada yang membukakan pintu" gumamku.

Brad hendak memencet bell itu kembali, tapi belum sempat Brad memencetnya, pintu mansion itu terbuka. Gadis berambut brunette kemerahan sebahu yang membukakan pintu.

Seketika aku terperanjat kaget, Astaga Brenda! Detik berikutnya aku langsung memeluknya seraya meloncat-loncat kegirangan.

"Astaga Brenda!" Pekikku.

"Summer, astaga, aku sungguh merindukanmu" Ucap Brenda disela-sela pelukannya. Brenda melepas pelukkannya lalu menatapku dengan mata yang berbinar-binar. Kurasa sama halnya denganku. Bagaimana tidak, aku sangat senang bisa bertemu dengannya kembali.

"Summer, bagaimana bisa kau sampai ke New York" tanyanya.

Aku menaikkan satu alisku dan tersenyum miring kepadanya. "Coba tebak" godaku.

Ia terdiam nampak berfikir sejenak. "Kau sedang berlibur di New York?" Aku menggeleng.

Ia kembali berfikir. "Mencari jodoh?" Mengerutkan dahiku, aku menggeleng dengan cepat.

Ia mulai berdecak. Lalu kembali berfikir. "Oh apa jangan-jangan kau menjadi buronan di Westminster lalu kau melarikan diri ke New York?" Ucapnya dengan menyipitkan matanya.

Seketika aku memasang wajah kesalku. "Kau ini sembarangan" ujarku kesal.

"Lalu apa Summer?"

Menghela nafas. "Aku mendapat beasiswa untuk berkuliah di New York. Lagipula Brad tidak memberitahumu?"

Just You (Bradley Simpson)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang