CHAPTER 35 - Cruel

16 2 2
                                    

Brad's POV

Pikiranku berusaha menelaah apa yang ada dikepala Summer hingga ia tidak menyadari berapa gelas alkohol yang sudah masuk ke tubuhnya. Dia pergi seorang diri ke bar ketika aku sedang tidak dirumah. Aku tidak habis pikir dengan apa yang ada dipikirannya saat itu. Jelas ini sangat ceroboh.

"Kenapa kau tidak memberitahuku akan ke pesta Connor?" Summer mengangkat kepalanya dari bahuku, membenarkan posisi duduknya. Aku menoleh memandang lekat-lekat wajahnya.

"Aku sudah berusaha untuk menghubungimu tapi kau justru mengirimku pesan untuk tidak menghubungimu dulu."

"Aku sedang sibuk."

"Ya. Benar." Jawabnya terkesan ketus. Kali ini Summer menolak untuk memandang ke arahku, melainkan memfokuskan pandangannya ke arah TV yang tidak jelas acara apa yang sedang ditayangkan. Aku menyadari ini bukanlah Summer yang biasanya. Dia marah?

"Kau marah padaku?"

"Menurutmu?"

"Oke. Aku minta maaf. Aku tahu kau kesal tapi kumohon jangan marah padaku. Sungguh aku sedang sibuk malam itu."

Summer mengalihkan pandangannya kearahku. Mata kami bertemu. Sorotnya jelas mengatakan bahwa ia sedang marah padaku. Aku tidak bisa mengelak dan aku paham apa yang membuatnya kesal.

"Oke."

"Hanya oke?" Summer memutar bola matanya. Aku menahan diriku untuk tidak terkekeh melihat tingkah lakunya yang menggemaskan. Aku tidak bisa membayangkan jika hari-hariku tanpa dirinya.

"Oke. Permintaan maaf diterima."

"Oh, aku sangat mencintaimu Summer." Aku menarik tubuh Summer, merengkuhnya kedalam pelukan, menghirup dalam-dalam aroma vanilla pada rambutnya. Sejenak aku berpikir, mungkinkah Summer pernah berpikir untuk meninggalkanku? Mengingat sikapku yang begitu menyiksanya. Aku bukanlah pria sempurna. Tapi aku ingin menjadi sempurna untuknya. Aku tahu, itu tidak mungkin. Ketakutan terbesarku adalah Summer meninggalkanku. Ketika ia sudah mengetahui semuanya, akankah Summer tetap bersamaku? Akankah ia berpikir bahwa aku layak diperbaiki? Apakah aku layak mendapatkan cintanya?

Aku terlalu lemah tanpanya. Hilang arah dan tidak punya rumah untuk kembali. Suatu hari ketika Summer berkata akan ke New York, seolah aku mendapatkan harapan itu lagi. Hanya Summer yang bisa membuatku merasa dicintai dan dibutuhkan.

"Kita harus ke swalayan hari ini. Persediaan kita sudah mulai habis." Ujar Summer.

"Kalau begitu, biar aku yang pergi. Kau dirumah saja. Badanmu masih lemas."

"Kau yakin tak apa pergi sendiri?"

"Ya, tentu. Aku akan bersiap-siap dulu." Aku bangkit dari sofa, lantas menuju kamar untuk mengambil jaket dan kembali lagi ke ruang tengah.

"Cepatlah pulang." Ujarnya

"Aku akan kembali dengan segera. Aku mencintaimu. Bye."

"Aku juga." Ku kecup bibirnya dengan singkat lantas menyambar kunci mobil di atas bupet, maraih kenop pintu dan menutupnya kembali dengan perlahan. Aku masuk kedalam mobil, duduk di balik kemudi lantas melesat meninggalkan rumah. Tidak membutuhkan waktu lama, cukup 10 menit untuk menempuh perjalanan dari rumah ke swalayan terdekat.

Aku mengambil bahan-bahan yang sudah Summer buat daftar apa saja yang perlu dibeli. Alih-alih supaya aku tidak kebingungan ketika sudah di swalayan. Kuakui aku memang payah dalam hal ini. Biasanya asisten rumah tanggaku yang melakukannya ketika aku masih tinggal di apartemen sendiri. Dan sekarang hanya kami yang melakukannya. Maksudku Summer dan aku. Dan aku mulai menyadari bahwa melakukan hal sekecil apapun bersama pasangan adalah hal terindah yang pernah kurasakan. Kami saling melengkapi dan mengisi kekurangan masing-masing.

Just You (Bradley Simpson)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang