CHAPTER 7 - Don't Leave Me Again

170 17 11
                                    

Kurasa sudah hampir setengah hari aku dan Clay berkeliling kota New York. Bekeliling bukan dalam artian aku dan Clay sedang bersenang-senang, melainkan aku sedang mencari pekerjaan.

Sudah tak terhitung lagi berapa banyak kami mendatangi sebuah kafe, toko CD ataupun toko-toko kelontong pinggir jalan, tapi hasilnya sama saja, aku ditolak. Kebanyakan dari mereka menolakku karena aku seorang Mahasiswa. Mereka tak mau mengambil kemungkinan resiko jika memperkerjakan seorang Mahasiswa. Karena menurut mereka kebanyakan seorang Mahasiswa tak bisa mengatur waktu antara kuliah dan pekerjaannya.

"Clay, kurasa aku sudah menyerah" Desahku. Sungguh kurasa aku sudah tak memiliki harapan lagi. Kemanapun aku akan melamar pekerjaan, tetap tak ada yang menerimaku.

Clay menoleh kearahku sesaat lalu tatapannya kembali fokus pada jalanan. "Kau menyerah begitu saja? Oh dasar kau pengecut Summer" Ujar Clay.

"Lalu aku harus bagaimana lagi Clay? Tetap saja mereka tetap akan menolakku"

Clay hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Hey dari 100 persen peluang pekerjaan di New York, kau baru melamar 10 persen diantarnya. Jadi kau masih memiliki 90 persen Summer. Maka dari itu jangan menyerah begitu saja"

Memutar bola mataku. "Baiklah, Ny. Edwards dengan seluruh teorinya" Ujarku dibarengi kekehanku. Clay hanya mendengus kesal.

Melirik jam tangan murahan yang melingkar di pergelangan tanganku, kulihat jam sudah menunjukkan pukul 7 p.m. Bahkan kini aku dan Clay masih berada di dalam mobil menyusuri sepanjang jalanan kota New York.

"Hei Summer lihatlah itu!" Clay menunjuk sebuah kafe sederhana di tepi jalan. Detik itu pula Clay memarkirkan mobilnya tepat si depan sebuah kafe yang ia maksud. "Sudah siap untuk mencobanya lagi?" Ujarnya dan sejurus kemudian ia membuka pintu lalu keluar dari mobil. Aku heran, mengapa ia yang menjadi begitu semangat? Bukannya aku.

Menghela nafas, aku keluar dari mobilnya dan menyusul Clay yang sudah berjalan mendahuluiku. Astaga, mengapa kali ini aku menjadi sangat gugup?

Clay menyapa salah satu pelayan pria di kafe tersebut dengan sangat ramah. Kemudian Clay bertanya jika kami ingin bertemu dengan atasan mereka. Dengan senang hati salah satu pelayan pria kafe tersebut mau mengantarkan kami ke ruangan atasan mereka.

"Terimakasih-- Uh siapa namamu tadi?" Ujar Clay ketika kami sudah tiba di depan pintu ruangan atasannya.

"Mark"

"Ah ya, Mark. Aku lupa. Terimakasih Mark"

Si pelayan pria yang ternyata bernama Mark tadi tersenyum dan mengangguk kepada kami. Tak lama kemudian dia melenggang meninggalkan kami.

Tanpa aba-aba Clay lebih dulu mengetuk pintu tersebut. Terdengar suara wanita dari dalam mempersilahkan kami untuk masuk. Detik itu pula Clay memutar knop pintu, dan nampak seorang wanita paruh baya dengan sebuah kaca mata bertengger di hidungnya. Sekilas wanita tersebut nampak menyeramkan, tapi entahlah semoga tidak seperti yang kupikirkan.

Wanita tersebut nampak membenarkan posisi duduknya. "Ada yang bisa saja bantu?" Tanya wanita tersebut nampak sangat ramah. Seketika aku bernafas dengan lega.

Aku memberikan seulas senyum padanya. "Aku sedang mencari pekerjaan paruh waktu. Uh-- sebelumnya perkenalkan, namaku Summer dan ini temanku Clay" Aku mengulurkan tanganku berniat untuk menjabat tangannya.

"Cukup panggil aku Lori" Ia tersenyum dan membalas uluran tanganku. "Jadi.. kau sedang mencari pekerjaan?" Tanya Lori.

Aku mengangguk cepat. "Ya"

"Ah kebetulan seminggu yang lalu salah satu pegawai kami mengundurkan diri, jadi saat ini kami sangat membutuhkan pegawai baru"

Seketika mataku berbinar. Ini bisa menjadi peluang besar bagiku. "Apa di kafemu, aku boleh bekerja setengah hari?"

Just You (Bradley Simpson)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang