CHAPTER 33 - This Silence

19 1 0
                                    

Aku mengambil gelas dan piring kotor diatas meja, membawanya ke belakang lantas kembali lagi untuk mengelap meja. 5 menit lagi aku harus menutup kafe ini, dan bersiap untuk pulang. Hari ini cukup melelahkan bagiku, Mark tidak datang bekerja karena sakit sedangkan hari ini kafe lebih ramai dari biasanya, sehingga aku harus mengerjakan semuanya sendirian.

Tiba-tiba suara lonceng pintu mengalihkan aktivitasku.

"Kami sudah tutup." Aku terpaku ditempat. Ada jeda beberapa detik sebelum aku melanjutkan untuk menyapanya. "Hei..."

"Summer?" Kutebak ia juga terkejut akan keberadaanku disini. "Oh maafkan aku kafe ini sudah tutup?" Tanyanya.

"Ya, kami sudah tutup, tapi tak apa akan kubuatkan pesananmu. Duduklah."

"Sungguh?" Aku mengangguk seraya mengulas senyum. "Oh terima kasih Summer, sungguh aku sangat kedinginan di luar" Ujarnya seraya melepas mantel yang dikenakannya lalu menyampirkannya pada sandaran kursi.

"Kopi?" Tawarku.

"Yes, Americano please"

"Baik, tunggu sebentar"

Aku melenggang ke dapur untuk menyiapkan pesananya, lalu kembali lagi dengan secangkir Americano panas di tanganku. Kuletakkan di mejanya. "Ini Americano-mu"

"Oh terima kasih Summer" Ia meletakkan kedua tangannya di cangkir mencoba menghangatkan telapak tangannya sebelum menyesap kopi panas tersebut dengan hati-hati dan kembali meletakkannya di meja. "Hei kita bisa ngobrol dulu selagi aku menghabiskan kopiku? Tawarnya dengan senyumannya yang hangat.

"Ya tentu saja"

"Kau tidak sedang buru-buru kan?"

"Ah tidak, lagipula aku juga masih menunggu Brad menjemputku"

Kini pandangannya berubah canggung ketika ia mendengar nama Brad terlontar dari mulutku. "Cool" ia kembali tersenyum tetapi masih nampak canggung. Aku menarik bangku dan duduk di sebrang mejanya. Untuk sesaat aku cukup terkagum-kagum dengan parasnya yang cantik. Dia memang cantik Summer! Dress hitam yang ia padukan dengan jaket kulit dan sepatu bootsnya nampak sederhana tapi sungguh ia sangat cantik. "So, kau bekerja disini?" Tanyanya.

"Ya, seperti yang kau lihat" Jawabku.

"Kutebak?! pasti Brad tidak menyetujuinya?" Tanyanya dibarengi dengan kekehannya.

"Kau benar" Oh Summer, bahkan dia paham betul sifat Brad. Gadis batinku seketika terbakar api cemburu. Tetapi aku berusaha menepis jauh-jauh seluruh pikiran negatifku terhadap Stacey. Dia wanita yang baik, jadi aku tak perlu menaruh kecemburuan yang berlebih terhadap hubungan yang pernah Brad dan Stacey jalani.

"Oh tipkal Brad dengan segala keotoritasanya, ia menganggap semua orang bisa bahagia dengan caranya, padahal itu tidak benar" Katanya.

"Ya, kadang kala itu sangat menjengkelkan Tapi diluar itu semua, Brad pria yang baik." Stacey kembali menyesap kopinya lalu menyelipkan rambut hitam panjang dan berkilaunya ke belakang telinga. Nampak anting yang menggantung di kedua telinganya dengan berlian kecil yang kutafsir harganya bukan main.

"Ya, kau benar, Brad pria yang baik" Aku meliriknya, ada sesuatu yang berubah dari pandangannya. Mata cokelat gelapnya seolah berkata yang sebaliknya. Aku tidak tahu apa maksudnya, dan lagi, aku tidak mau berpikiran negatif tentangnya. Stacey menyadari pandanganku, seolah ia bisa membaca isi kepalaku saat ini. Stacey menghela nafas lantas membawa tangannya ke rambut, menyelipkannya kembali dibalik telinganya. "Dia pria yang baik. Tetapi aku tidak bisa berada dalam kerumitan yang dimilikinya. Terlalu sulit untukku."

Just You (Bradley Simpson)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang