38 - Keputusan

118K 12K 4K
                                    

U

capkan kata maaf sebanyak 999 kali. Hitungan ke seribu aku akan berbalik dan melihat kamu kembali, bukan karena aku memafkan, tapi aku terlalu bosan mendengarkan kata maaf. Hingga terpaksa memaafkan.

--Bianca Aliza--

***

Malam di kediamana Gavin, cowok itu sedang fokus mengerjakan tugas matematika yang harus dikumpulkan besok. Sudah dari pukul lima dia berada di dalam kamar, ditemani buku-buku yang berserakan di atas kasur. 

Sekarang sudah pukul delapan dan Gavin belum selesai juga mengerjakan tugasnya, bukan karena soal yang terlalu sulit hingga dia kesulitan untuk menjawab, tapi karena Galang yang sedari tadi membuat kebisingan dengan menghubungi nomor Gavin sampai berkali-kali. Soal yang diberikan Pak Tar ada sepuluh soal, dan Gavin baru selesai menjawab delapan soal, dan sebanyak delapan kali juga Galang menganggu Gavin.

Awalnya Galang hanya meminta Gavin untuk menjelaskan caranya, agar dia dapat mengerjakannya sendiri, tapi ujung-ujung dari percakapan mereka, Galang memelas dengan bertanya, “Lo udah siap, Vin?”

“Udah,”

“Fotoin dong!”

Hampir Gavin membanting ponselnya saat ponselnya itu kembali berbunyi untuk kesembilan kalinya. Gavin menghela nafas untuk tetap sabar, lalu mulai bersuara.

“Nanti gue fotoin!”

Sudah cukup, cowok itu tidak mau mendengar ocehan Galang yang sok-sokan ingin mengerjakan sendiri. Setidaknya dia akan lebih tenang tanpa adanya ocehan Galang.

Baru saja tenang, ponselnya kembali berbunyi. Gavin berdecak kesal langsung melihat ponselnya. Seketika raut wajahnya berubah, bukan karena kesal tapi lebih terlihat bingung. Gavin mengarahkan ponsel ke telinganya, ingin memastikan suara orang yang menghubunginya.

“Halo, Vin! Aku di depan, bukain pintunya ya?” Setelah itu sambungan telponnya terputus. Masih dalam keterbingungannya, cowok itu turun dari kasurnya, berjalan menuju pintu utama.

Di rumahnya memang hanya ada Gavin sendiri, kedua orang tuanya sedang tidak ada di rumah. Papanya sibuk kerja, dan mamanya sedang ada urusan di luar. Wajar kalau Gavin tidak mendengar kedatangan tamu di rumahnya, apalagi kamarnya berada di lantai dua.

Gavin membuka pintu utama rumahnya, jika tadi raut wajahnya seperti orang kebingungan sekarang Gavin sampai terdiam sesaat, sangking tidak percayanya dengan apa yang dia lihat.

Aliz, cewek itu yang tadi menelpon Gavin dan sekarang sedang menunjukkan senyum manisnya kepada Gavin. Bukannya Gavin terkejut dengan kedatangan Aliz, bahkan dia sudah dapat memastikan kalau Aliz akan datang menemuinya, apalagi semenjak dia memutuskan Aliz, nomor cewek itu tidak aktif. 

Gavin pikir Aliz akan menemuinya dengan marah-marah, berteriak-teriak tidak jelas, atau bahkan menangis. Tapi yang Gavin lihat sekarang justru kebalikannya, bukannya menampakkan wajah marahnya, Aliz malah tersenyum dengan sangat manis kepada Gavin. Membuat cowok itu bingung cara menghadapinya, harus Gavin membalas senyuman Aliz juga? Atau dia diam saja, karena perkataan dia di telpon siang tadi bukan sekedar main-main. Gavin benar-benar memutuskan Aliz.

“Tegang banget, aku bawa makanan buat kamu.” Ucap Aliz begitu riang sambil menunjukkan makanan yang dia bawa.

Gavin tetap diam memperhatikan kantung plastik putih yang di tunjukkan Aliz.

DestinWhere stories live. Discover now