16 - Hukuman

128K 11.6K 273
                                    



Upacara bendera hari senin baru saja selesai. Sebagian siswa sudah meninggalkan lapangan, sebagian diantaranya masih berada di lapangan, sekedar bercengkrama dengan teman yang beda kelas. Dan sebagian guru juga masih berada di lapangan.

Melva, matanya sedang fokus melihat seorang cowok yang sedang mengobrol bersama teman-temannya. Tentu saja Gavin, entah kenapa beberapa minggu ini, Melva sangat suka memperhatikan Gavin.

"Mel, yuk balik. Gosong nih muka, kalo di sini terus." Oceh Vika.

Tidak ada jawaban, Melva terlalu sibuk mengikuti gerak-gerik Gavin.

"Dia bilang, harus jaga jarak. Biar gak dapet hukuman. Gue mau liat, kayak apa hukumannya." Oceh Melva sambil tersenyum penuh arti. Membuat kedua cewek di sampingnya bingung.

"Ha! Maksud lo apa sih Mel?" Bingung Billa.

Tidak ada jawaban dari Melva lagi. Cewek itu melangkah ke arah kumpulan cowok yang masih asyik mengobrol, sama hal nya yang dilakukan Gavin.

"Mel! Lo mau ngapain?" Teriak Billa semakin tidak mengerti.

Tidak menjawab, Melva terus mempercepat langkahnya. Langkahnya semakin mendekati Gavin, cowok itu terlalu sibuk berbincang. Sampai tidak mengetahui kedatangan Melva.

Melva semakin mendekati Gavin.

"Hai pacar," suara Melva, Gavin yang sedikit terkejut langsung menoleh kearahnya.

Belum sempat Gavin membuka mulutnya, cowok itu merasakan tubuh cewek itu yang menempel pada tubuhnya. Melva memeluk Gavin, membuat semua siswa dan guru yang berada di sana terkejut.

Sama dengan yang lain, Gavin juga tidak kalah terkejutnya, sampai beberapa detik dia membiarkan Melva memeluknya. Saat kesadaran cowok itu kembali, dia langsung melepaskan pelukan Melva.

"Lo gila?!" ucap Gavin, menatap penuh tanya kepada Melva.

Belum sempat Melva menjawab, suara keras dari lelaki paruh baya, mengangetkan semua anak yang berada di sana.

"GAVIN, MELVA!!!" Suara Pak Tar, terdengar begitu marah.

Semua anak menoleh ke arah suara, termasuk Melva yang membalikkan tubuhnya melihat Pak Tar yang sudah berjalan dengan tergesa-gesa. Seperti harimau yang menemukan mangsa. Gavin mendengus tabah, seperti mengetahui hal yang akan terjadi selanjutnya. Sedangkan Melva, cewek itu mendadak takut, bahkan dia kesusahan menelan salivanya.

"Apa yang kalian lakukan tadi?!" suara Pak Tar terdengar galak, saat dia berada di depan dua remaja itu.

Tidak ada jawaban dari keduanya, diam itu yang mereka lakukan.

"Ini sekolah! Bukan ajang menunjukkan bakat kemesraan kalian." pekik Pak Tar lagi, lelaki tua itu benar-benar marah.

Kemarahan Pak Tar, kini menjadi tontonan bagi semua siswa yang masih berada di lapangan. Mereka terlihat enggan meninggalkan lapangan, padahal matahari semakin terik.

"Kamu Gavin! sebagai ketua OSIS, seharusnya kamu tau peraturan sekolah ini!" Pak Tar menghentikan kemarahannya sejenak, mengambil oksigen karena napasnya mulai ngos-ngosan.

"Pel semua lantai kelas sebelas!"

Usai mengatakan itu, Pak Tar meninggalkan lapangan yang diikuti murid-murid lainnya. Tinggallah kedua remaja itu yang masih berada di lapangan.

Melva berbalik, memberanikan menatap Gavin yang sedang menahan kesal.

"Lo pikir omongan gue malam itu, main-main!"

DestinWhere stories live. Discover now