26 - Labil

167K 13.4K 2.4K
                                    

Melva menempelkan wajahnya di meja. Semua pembicaraannya dengan Gavin, kata-kata Gavin yang menyakiti hatinya. Semua masih tergiyang di ingatannya. Dia tidak ingin putus, dia masih berharap suatu hari nanti Gavin bisa membalas perasaannya. 

Tapi apa? Akhirnya dia mengatakan kata putus. Hatinya terlalu sakit! Terlebih lagi, Billa belum memaafkannya. Putus dengan Gavin, mungkin itu keputusan yang paling baik. 

Kelas sudah ramai, tapi Melva tetap saja tidak bergerak dari posisinya. Hati gadis itu sedang menangis, walaupun mulutnya tidak bersuara. Namun matanya mulai berkaca-kaca. 

Sampai bangku sampingnya pun di duduki seseorang, Melva tidak merubah posisinya. Dia terlalu malas melakukan pergerakan apa pun. 

"Lo putus sama Gavin, Mel?" Tanya seseorang di sampingnya. Melva kenal suara itu, suara Billa yang sudah lama tidak dia dengar lagi.

Melva menghapus air matanya yang sempat mengalir, memposisikan tubuhnya dengan tegak. Lalu menoleh ke arah Billa.

Melva mengangguk. Lalu menjawab, “Iya.” Jawabnya, bibirnya mengukir senyum. Tapi sorot matanya mengukir kesedihan.

Melva pikir, setelah itu Billa akan bertanya lagi. Salah, karena Billa hanya diam sambil memainkan ponselnya. Melva tersenyum kecut, harusnya Billa sudah bisa memaafkannya kan? Dia sudah putus dengan Gavin.

Dia harus apa lagi sekarang?
 

***

Pelajaran Matematika, salah satu mata pelajaran yang selalu dihindari semua anak. Tidak terkecuali kelas XI IPA 1, mereka terkenal dengan kumpulan anak-anak yang memiliki IQ lebih. Tapi tetap saja mereka merasa bosan saat belajar. Terlebih Pak Tar guru matematika, hanya memberi mereka tugas. Selebihnya, Bapak tua itu hanya duduk manis di bangku, dengan mulut yang sibuk mengunyah kacang.

Galang, cowok yang duduk di samping Gavin itu mulai bosan. Melihat ke samping kiri, Gavin terlalu fokus berkutat dengan soal. Lihat ke samping kanan, Riko juga sedang fokus dengan soal. Galang memutar bola matanya, kelasnya terlalu hening.

Galang melihat ke depan kelas, pemandangan yang sangat indah. Saat Pak Tar sedang menikmati kacang dan segelas kopi. Seketika dia tersenyum licik.

"Dilarang makan di kelas saat proses pembelajaran berlangsung!" Suara keras Galang, memecahkan kelas yang hening.

Seketika setiap anak melihat ke arah Pak Tar, yang juga terdiam sambil memperhatikan makanannya. Seperkian detik berikutnya.

"Hahahaha..." Tawa dari setiap anak pecah. Menertawai tingkah lucu Pak Tar seperti orang yang sedang tertangkap basah melakukan kejahatan.

Pak Tar memasang muka galaknya, menatap tajam ke arah Galang. Dia tidak terima!

"Bicara apa kamu tadi! Kamu menyindir saya!" Ucap Pak Tar galak sambil bangkit dari duduknya.

Semua anak terdiam, menunduk takut tidak berani melihat wajah Pak Tar yang semakin terlihat seram. Terkecuali Gavin yang hanya menampakkan senyum tipis di sudut bibirnya.

"Berdiri di lapangan sekarang!" Pekik pak Tar lagi.

Galang menatap pak Tar tidak berkedip. Bahkan menelan salivanya saja sangat sulit.

"Saya tadi bukan menyindir Pak, saya cuma baca soal cerita di buku Pak." Galang beralasan.

Tidak ampuh, Pak Tar semakin menatap tajam ke arah Galang. Cowok itu menunduk takut, berdiri dari duduknya. Ingin berlalu dari kelas.

Suara pak Tar menghentikan langkahnya.

"Bukan hanya Galang! Kalian semua, hormat bendera di lapangan sekarang!" Pekik Pak Tar lagi.

DestinWhere stories live. Discover now