33 - Penambah luka

126K 11.4K 6.5K
                                    

Note : tidak ada bagian nangis-nangis karena alur aku rombak.



Sebulan tidak masuk sekolah. Melva benar-benar dibuat kerepotan dengan tugas sekaligus catatan. Dari awal menginjakkan kakinya di kelas sampai bel istirahat berbunyi, Melva belum juga bergeming dari bangkunya. Tangannya sedang menari-nari di atas buku. Harus Melva mengatakan dengan jujur, tangannya seperti mau patah. Bahkan tangannya seolah tidak terasa lagi, sangking banyaknya catatan yang harus dia selesaikan.

"Lo nggak ke kantin, Mel?" Suara milik Billa, Melva jadi melupakan kesibukannya sesaat langsung menoleh ke arah Billa.

Hubungan keduanya belum terlalu membaik. Tapi Billa sedikit-banyak sudah mau berbicara dengan Melva. Walaupun sekedar menyapa, atau menanyakan hal-hal kecil seperti sekarang.

"Laper sih, tapi catatan gue belum siap." Jawab Melva sambil memperhatikan buku catatannya.

Billa jadi ikut memperhatikan, dia tahu Melva sudah terlalu terbiasa libur sekolah. Buat tugas di sekolah itu sudah biasa untuk Melva. Tapi melihat Melva harus menyalin begitu banyak catatan membuat dia kasihan.

"Nanti gue bantuin, Mel. Mending sekarang kita ke kantin dulu."

Mata Melva mendadak berbinar. Billa ingin membantunya, itu suatu mukjizat. Kalau Melva terlalu senang, lain halnya dengan Billa. Ada yang cewek itu hindari sebenarnya, dia tidak ingin meninggalkan Melva sendirian di kelas. Dia takut teman-temannya tidak bisa menjaga mulut tentang foto Gavin dan Aliz yang masih tersebar di media sosial. Setahunya Melva belum mengetahui kabar itu. Hal yang baik daripada menambah pikiran Melva.

Bagus kalau hanya menambah pikiran. Kalau tiba-tiba Melva menangis di kelas, atau tiba-tiba cewek itu mengamuk! Siapa yang ingin melihat itu?

Melva menutup bukunya. Berdiri dari duduknya, bersiap-siap ingin pergi ke kantin bersama Billa. Tapi harus terhenti saat sebuah suara memanggil namanya. Membuat Melva dan Billa menoleh secara bersamaan.

"Mel, Lo mau ke kantin?" Ucap salah satu siswi bernama Tia.

Melva mengangguk membenarkan.

"Mending Lo kasih hukuman buat cowok Lo dulu deh." Tia berucap lagi. Membuat Melva bingung seketika. Sedangkan siswi yang masih berada di kelas termasuk Billa menatap Tia dengan tatapan tidak percaya. Mereka tahu akan mengarah kemana pembicaraan itu. 

"Hukuman apa?" Melva bertanya lagi.

"Lo beneran nggak tau?" 

Melva menggeleng pelan. Dia benar-benar bingung.

"Gavin main sama cewek lain pas Lo libur sekolah."

Melva seketika terdiam. Mendadak dia menjadi gagu. Dia tidak mengerti tapi otaknya mulai bekerja. Gavin selingkuh, benar?

Melva berusaha untuk terlihat tegar. Dia berusaha setenang mungkin. Walaupun hatinya bertolak belakang. Pikirannya kembali mengingat saat-saat Dava meninggalkannya karena cewek lain.

"Selingkuh maksud Lo?" Melva bertanya tapi matanya tertuju pada Billa. Cewek itu seperti meminta penjelasan. Orang yang bisa dia percaya saat ini cuma Billa, tapi satu sisi kalau memang benar Gavin selingkuh, dia tidak tahu harus menunjukkan wajah seperti apa dengan temannya itu. 

Haruskah dia kembali menangis di depan Billa, sama seperti dulu?

"Liat di akun sekolah kita Mel. Anak SMA Bintang nge tag foto Gavin sama dia di sana. Mesra banget." Tambah Tia lagi.

Wajah Melva yang tadinya cukup tenang. Mendadak bimbang. Dia harus lihat, atau tidak? 

Kalau dia lihat, hubungannya berakhir hari ini dengan Gavin. Karena dia yakin, dia kembali kalah. Gavin tidak mungkin memilihnya.

DestinWhere stories live. Discover now