28 - Pertemuan terakhir *1*

132K 12K 1.7K
                                    

Maafkan kegaduhan aku tadi siang. Postingannya aku hapus kok nanti. Nanti kalo aku nemu yang begitu lagi, mungkin langsung aku blokir aja. Biar nggak menjadi panjang.

Oke lupain masalah tadi. Happy Reading ya :)

Bagian ini mulai membuka celah dari pertanyaan kalian selama ini. Baca yang bener ya, biar nemuin jawabannya.

***


Pukul tujuh malam, Gavin sudah sangat rapi dengan kaos hitam oblong dibalut jaket coklatnya.

Baru Gavin keluar dari kamarnya, cowok itu langsung bertemu dengan wanita paruh baya yang sering dia panggil mama.

"Gantengnya mama udah rapi aja." Tutur perempuan separuh baya bernama Lisa.

Gavin tersenyum tipis. "Ada perlu apa ma? Tumben nyamperin Gavin ke atas?" Ucap Gavin.

Memang, kamar Gavin terletak di lantai dua. Makanya Lisa sangat jarang menemui anaknya itu di kamar. Tenaganya sekarang sudah tidak seperti dulu. Sekarang, hanya untuk menaiki beberapa anak tangga. Itu saja sudah membuat nya kelelahan. Sama seperti sekarang. Dia sudah sangat lelah dengan napas yang sedikit ngos-ngosan. Tapi tetap, Lisa mencoba tersenyum di depan anak tunggalnya itu.

"Mama mau liat Abang tadi. Taunya udah rapi aja." Jelas Lisa.

Gavin tersenyum, lalu mengelus lembut bahu mamanya.

"Mama nggak perlu nyamperin Gavin sampe ke atas. Gavin yang harus nyamperin mama di bawah." Ucapnya.

Lisa tersenyum. Lalu menepuk pelan punggung tangan Gavin yang berada di bahunya.

"Abang udah makan? Biar mama siapin makan malam sekarang, ya?" Ucap Lisa terus mengumbar senyum kepada anaknya.

Gavin membalas senyum mamanya.

"Gausah ma, Gavin mau keluar sekarang." Ucapnya.

Lisa mengangguk. Saat itu juga Gavin mencium punggung tangan mamanya.

"Gavin pergi sekarang ya, ma?" Pamitnya.

"Jangan lupa minum obat ya ma," Ucapnya lagi memandangi Lisa dengan tatapan teduh.

Lisa tersenyum lalu memberikan anggukan. Membuat anak tunggalnya itu ikutan tersenyum, lantas Gavin melangkah ke anak tangga.

Langkahnya terhenti saat mamanya kembali bersuara. Membuat cowok itu berbalik.

"Abang mau ke rumah Alis, ya?" Tanya mamanya dengan wajah berbinar.

Gavin membalas dengan anggukkan, lalu kembali melangkah menuruni anak tangga.

***

"Apa?" Ucap Gavin kepada orang yang baru saja menelponnya. Cowok itu melangkah keluar dari pintu utama menuju bagasi motornya.

"Lo jadi ke rumah kan?"

"Jadi." Ucap nya singkat.

"Gue tunggu ya. Bye Gavin."

Panggilan terputus. Gavin menghela nafas, memasukkan ponsel ke saku celananya. Menghidupkan mesin motor, lantas melajukan motornya meninggalkan kediamannya.

Malam minggu seperti biasanya, Gavin selalu menyempatkan diri datang ke rumah Melva. Walaupun kegiatannya di rumah Melva masih sama seperti malam-malam biasanya, main catur dengan Surya dan Arya, mencicipi makanan Elsa dan ikut serta menemani Melva menonton drama korea. Tidak ada yang spesial! Tetap saja Gavin tidak pernah absen ke rumah Melva pada malam minggu.

Gavin menyusuri jalanan kota jakarta yang sangat pada malam hari dengan kecepatan tinggi. Cowok itu terlalu terburu-buru, karena sesaat yang lalu ponselnya berbunyi dan dia harus berdecak sebal karena Melva terus-terusan menelponnya. Membuat ketenangannya saat mengendarai motor tergangggu. Itu sebabnya Gavin mengendari motor dengan sangat cepat, karena ingin cepat sampai di kediaman Melva.

DestinWhere stories live. Discover now