25 - Putus, lanjut atau break?

114K 10.8K 1.3K
                                    

"Gue tau masalah lo sama Melva." Ucap Riko kepada cewek yang sedang duduk di hadapannya.

Riko dan Billa, kedua remaja itu sedang duduk di bangku kantin. Sebelum bel pulang sekolah berbunyi, tepatnya 15 menit sebelumnya. Riko mengirim pesan kepada Billa, meminta cewek itu untuk menemuinya di kantin, setelah jam pulang sekolah. Jadilah Kantin yang sangat sepi, yang hanya ada mereka berdua di sana.

"Lo marahan sama Melva. Terus kalian saling diam, sampe sekarang." Lanjut Riko.

Billa tersenyum tipis, "tepatnya gue yang diami dia." Sanggahnya.

Riko mengangguk mengerti.

"Kalian udah temenan lama. Sekali Melva lakuin kesalahan. Terus kenapa lo nggak bisa maafin dia?" Ucap Riko lagi.

Cowok itu terlalu to the point. Jelas! Alasannya menemui Billa, hanya untuk membicarakan masalah Melva. Dia tidak bisa melihat Melva bersedih hanya karena teman-temannya mendiaminya. Dia akan melakukan apapun, yang membuat senyum Melva kembali terukir.

"Lo nggak tau apa masalahnya, Rik!" Seru Billa.

Riko tersenyum samar. "Gue tau Billa, lo marah karena Melva terlalu fokus sama Gavin. Dia lupain persahabatan kalian, sampe Vika pindah sekolah. Apa yang gue nggak tau?" Ucapnya.

Billa tersenyum. Hampir seratus persen, dia akui Riko telah mengetahui semuanya.

"Bukannya Melva udah jauhi Gavin! Lo bisa liat, dia nggak ngejar-ngejar cowok itu lagi. Itu artinya, dia mau persahabatan kalian kembali lagi." Jelas Riko lagi.

Lagi-lagi Billa tersenyum miring. Riko mengatakan semua hal tentang Melva, seakan-akan dia adalah pacar Melva.

"Maafin dia Billa. Setidaknya, lo kasih dia kesempatan. Gue bisa jamin Melva nggak akan pernah ngulangi kesalahan yang sama."

"Lo pacarnya Melva, ya?" celetuk Billa.

"Bukan." Sahut Riko cepat.

Billa mengangguk dengan senyum yang terukir di sudut bibirnya.

"Tapi lo berharap iya." Ucap Billa.

Jika tadi Riko menyimpan seribu kata di dalam mulutnya, kali ini cowok itu hanya diam. Seolah dia kehabisan kata-kata untuk menjawab.

Hening, tidak ada pembicaran apapun diantara mereka sekarang. Saat Riko tidak menjawab dan Billa hanya memilih diam sambil memainkan ponselnya.

"Bener, gue berharap bisa jadi pacar Melva." Billa mengangkat kepalanya, dia ingin mendengar lebih jelas, juga melihat orang yang baru saja mengucapkan fakta. Fakta yang sebenarnya tidak ingin dia dengar, karena dia menyukai cowok di depannya itu.

"Karena gue suka sama Melva." lanjut Riko. "Gue seneng Melva jauhi Gavin sekarang. Makanya gue minta lo maafin Melva, sahabatan dengan dia lagi. Biar dia nggak deketin Gavin lagi. Gue yakin banget, seterusnya Melva pasti dengerin omongan lo terus. Karena takut lo marah lagi sama dia, apalagi Vika udah pindah sekolah sekarang." Ucap Riko.

Billa terkekeh hambar, seakan meremehkan ucapan Riko. Membuat cowok di depannya itu mengeryit karena bingung.

"Lo manfaatin gue, buat kepentingan lo!" seru Billa, suara sedikit keras dari sebelumnya.

Riko tersentak kaget, tapi dia tetap membuat wajahnya sebiasa mungkin.

"Asal lo tau Riko! Gue jauhi Melva, tapi gue nggak pernah nyuruh Melva jauhi Gavin. Karena gue tau, temen gue itu suka sama Gavin! Gue paling benci cowok yang suka manfaatin situasi. Dia lagi sedih, dan lo bisa masuk ke dunianya secara perlahan. Terus lo ambil hatinya. Itu yang lo cari kan?!" Billa tersenyum miring.

DestinWhere stories live. Discover now