19 - pernyataan Melva

133K 12.1K 1.6K
                                    

Sebentar lagi, bel pulang sekolah berbunyi. Tapi langit masih enggan menghentikan tangisannya. Tetesan-tetesan air dari langit terus membasahi halaman sekolah, hujan yang sangat lebat. Membuat guru seperti enggan meninggalkan kelas, koridor yang sangat sunyi dengan suara gemercik air itulah yang sedang terdengar di telinga Melva.

Melva berjalan di koridor lantai satu. Ia baru kembali dari toilet, Melva ingin menginjakkan kakinya ke anak tangga menuju lantai dua. Tapi terhenti, karena matanya tidak sengaja melihat Gavin. Laki-laki itu sedang berdiri menghadap air hujan yang terus berjatuhan dari atap sekolah dengan ponsel yang berada di telinganya.

Melva mengurungkan niatnya yang ingin kembali ke kelas, ia melangkah menghampiri Gavin.

Melva tidak bersuara apa pun, dia tidak menganggu Gavin yang sedang berbicara melalui ponsel. Perempuan itu menjulurkan tangannya ke depan, membiarkan air hujan membasahi tangannya. Tetesan air hujan yang menyentuh kulitnya, mampu membuat kedamaian dalam hatinya.

"Saya serahkan semuanya kepada anda. Saya percaya anda akan kasih yang terbaik untuk ibu saya." Suara Gavin berbicara dengan orang di balik ponselnya. Melihat tangan seseorang di sampingnya, Gavin menoleh.

Matanya sedikit membesar melihat Melva berada di sampingnya.

Gavin menjauhkan ponsel dari telinganya. "Lo gak masuk kelas?"
Mendengar suara laki-laki di sampingnya. Lantas Melva menoleh dengan senyum di sudut bibirnya.

Belum sempat Melva menjawab. Gavin bersuara lagi.

"Masuk sana, lo udah keseringan libur. Nanti lo makin bodoh." celetuk Gavin.

Melva menatap Gavin kesal, dia tidak terima Gavin mengatainya bodoh. Masih kesal dengan Gavin, Melva melangkah pergi. Melihat itu, Gavin mendekatkan ponsel ke telinganya lagi.

"Iya. Apapun yang terbaik. Saya pasti mensetujuinya. Terimakasih, selamat sore." Gavin mengakhiri sambungan telponnya.

Cowok itu berbalik, saat itu juga tubuhnya didorong hingga bajunya basah terkena air hujan.

Gavin menatap tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Apalagi matanya menemukan pelaku yang mendorongnya, siapa lagi kalau bukan Melva. Cewek itu ternyata tidak kembali ke kelas. Selama Gavin menelpon tadi, Melva berada di belakang cowok itu. Dan saat Gavin selesai menelpon, Melva langsung mendorong Gavin dengan sangat kuat. Sampai tubuh cowok itu berada di pinggiran lapangan dan terkena hujan. Jelas, Melva masih kesal karena Gavin mengatainya bodoh. Makanya, Melva mengerjai Gavin.

"Lo!" teriak Gavin dalam hujan.

Melva membalas Gavin dengan kekehannya, dia juga menjulurkan lidahnya mengejek Gavin.

Kesal dengan Melva, dia berjalan dengan sangat cepat ingin menarik Melva ke dalam hujan. Tahu dengan niat Gavin, Melva segera berlari. Sayang, langkahnya kalah cepat dengan Gavin.

Sedikit melakukan pemaksaan, Gavin menarik Melva ke lapangan basket. Jadilah keduanya sama-sama basah sekarang.

Melva mencoba untuk kabur. Tapi Gavin dengan cepat mengejar cewek itu, melingkarkan tangannya di pinggang Melva lalu mengangkatnya.

"Mau lari kemana nona?" Ucap Gavin. Menatap sinis cewek di dekapannya.

Melva mulai takut, saat Gavin mulai bermain-main. Membuat gerakan ke kanan ke kiri dengan sangat cepat. Seperti ingin menjatuhkannya.

"Gavin gila. Turuni gue!" Melva mulai ketakutan. Gavin terkekeh geli, saat Melva memukulnya pelan. Tapi berganti dengan tangan yang melingkar di lehernya.

"Gue aduin Bang Arya, kalo lo nggak mau nuruni gue sekarang! " Ancam Melva.

Cukup ampuh, dalam hitungan detik kaki Melva sudah mendarat ke lantai lapangan lagi.

DestinDonde viven las historias. Descúbrelo ahora