31 - Bianca Aliza

113K 11.7K 7.7K
                                    


Mata Galang tidak berkedip saat melihat Gavin mengacak meja guru piket. Alasannya Cuma satu, Gavin ingin melihat daftar siswa yang tidak hadir dari buku kehadiran siswa. Membuat Galang tidak habis pikir, matanya mendelik dengan kepala menggeleng. Gavin seperti singa yang sedang merobek kulit mangsanya. Benar-benar jauh dari reputasi cowok itu yang terbilang cool dan tidak pernah peduli dengan orang lain.

"Lo cari mati Vin." Protes Galang saat Gavin terus membolak-balikan buku kehadiran siswa milik guru piket yang kebetulan sedang tidak ada di tempatnya.

Gavin tidak membalas perkataan Galang. Targetnya hanya satu. Mencari tahu kemana Melva seminggu ini. Tidak pernah terlihat di sekolah dan dia pun tidak kunjung mendapat kabar. Setiap dia datang ke rumah cewek itu, kediamannya selalu sepi seperti tidak berpenghuni.

Seminggu ini, Gavin jauh dari kebiasannya. Cowok itu tidak pernah memperhatikan siswi-siswi berlalu lalang di depannya. Tapi sekarang dia jadi suka memperhatikan, walaupun yang dia harapkan Cuma satu. Melihat Melva berjalan mendekatinya.

Seminggu ini juga Gavin benar-benar aneh. Setiap ada pengumpulan dana karena suatu musibah. Gavin selalu ikut serta, menemani anggota OSIS mengumpulkan sumbangan. Anehnya hanya satu kelas, XI IPS 3.

Yang dibutuhkannya sekarang hanya sebuah kabar, yang membuat dia yakin cewek itu ada dimana. Kenapa tidak masuk sekolah dan kenapa tidak pernah menghubunginya.

Jangan tanya kenapa dia mencari Melva. Bukannya selama ini dia terlalu terbiasa mendapat gangguan Melva? Hingga tidak ada Melva membuat dia terasa aneh.

"Kangen berat lo ya?!" celoteh Galang.

Gavin berdecak kesal, "Daripada lo ngoceh. Mending lo bantuin gue, Lang." Gavin berucap.

Galang menghela nafas. Temannya itu terlalu seram untuk diajak bercanda sekarang. "Nanti gue tanyain sama mama gue." Ucap Galang.

"Lama! Gue perlu tau sekarang, Lang." Ujar Gavin tanpa melihat Galang. Tangan dan matanya terlalu fokus melihat buku kehadiran siswa di depannya.

Gavin menajamkan matanya saat menemukan nama Melvana Adilla di daftar buku. Cowok itu membaca semua kata-kata yang ada di sana dengan sangat teliti.

"Sebulan?" spontan Gavin.

"Apanya yang sebulan?" kepo Galang ikut-ikutan melihat.

"Enak banget Melva. Biasanya Cuma dua hari di kasih izin, ini malah sebulan. Beruntung banget ni anak." Celoteh Galang.

"Gue yang anaknya wakil kepala sekolah aja nggak bisa libur selama itu." Galang mengoceh lagi.

Gavin menaikkan satu alisnya, omongan Galang membuat dia bingung sekaligus penasaran.

"Melva sering nggak masuk, Lang?" Tanyanya.

Galang mengangguk membenarkan. "Iya. Tapi nggak pernah selama ini." Jelasnya.

Gavin diam, tidak ada yang ingin dia tanyakan lagi. Dia sedikit mengerti satu hal, Melva sering libur sekolah.

Setelah mendengar penjelasan Galang. Gavin langsung pergi meninggalkan meja piket tanpa merapikan kembali meja yang berantakan karena ulahnya. Alhasil Galang yang takut mendapatkan masalah jadi merapikan meja piket karena ulah temannya itu.

Gavin berjalan menyusuri koridor sekolah. Tatapannya lurus ke depan, tapi pikirannya entah kemana. Melva sering libur sekolah, sedikit banyak dia tahu itu.

Dari pertemuan terakhir mereka waktu itu. Sebenarnya Gavin merasakan hal yang beda. Dari perkataan Melva, raut serta perbuatan Melva waktu itu sangat aneh menurut nya.

Cowok itu merogoh saku celananya, mengambil benda pipih. Lalu mulai mengetik sesuatu di sana.

Gavin : Mel, gue nggak suka basa-basi. Seminggu Lo libur sekolah, harusnya Lo bisa kabari gue kan?!

DestinWhere stories live. Discover now