15 - Malam minggu

117K 11.4K 311
                                    

Melva sudah bersiap-siap dengan snack, minuman kaleng. Juga laptop yang di letakkannya di atas meja. Cewek itu siap melanjuti kesibukannya menonton drama korea seperti malam minggu biasanya.

Melva menjatuhkan bokongnya ke atas sofa, sebelum dia menonton, dia mengecek ponselnya terlebih dahulu. Tidak ada apapun yang penting di sana, dia mulai mencari daftar film di laptop. Menemukan apa yang dia cari, cewek itu langsung membukanya dan serial korea yang dia inginkan dimulai.

Baru beberapa saat matanya fokus melihat laptop. Tapi suara bel menganggu kenyamanan cewek itu. Melva menghentikan serial drama yang berjalan, lalu melangkah mendekati pintu utama.

Mata Melva membulat saat melihat orang yang berada di balik pintu. Entah kenapa, beberapa hari ini membuka pintu akan membuat Melva kesal. Karena dia selalu melihat apa yang tidak dia ingin kan di sana.

"Mau ngapain?" ketus Melva.

"Malam mingguan ke rumah pacar." ucap cowok di depan Melva dengan sangat tenang yang tidak lain adalah Gavin.

Melva tersenyum sinis. Karena dia masih kesal dengan cowok itu.

"Bokap, nyokap sama Abang lo. Ada kan?"

"Mama gue gak ada, abang sama bokap gue lagi main catur di ruang keluarga. Langsung ke sana aja." Ketus Melva.

Gavin mengangguk mengerti. Lantas melangkah masuk. Belum jauh, Gavin menoleh melihat Melva yang sudah menutup pintu. Saat cewek itu berbalik, tatapan keduanya bertemu. Melva terlihat bingung.

"Terus lo ngapain?" tanya Gavin lagi.

"Nonton drama korea." Ketus Melva lagi.

Gavin melihat cewek di depannya dengan aneh. Lalu menggelengkan kepalanya. Membuat Melva bertambah aneh.

"Nih martabak." Gavin menjulurkan plastik putih yang sedari tadi mengantung di tangannya. Melva sendiri baru menyadarinya sekarang.

Melva mengambil kantung plastik itu dengan cepat. Selepas itu dia berjalan mendahului Gavin.

Gavin sudah berada diantara Surya dan Arya, kedua lelaki yang sedang fokus berpikir juga mencari strategi. Untuk mematikan pertahanan lawan. 

"Kamu bisa main catur, Vin?" Tanya Surya melihat Gavin sekilas lalu kembali melihat papan catur. 

"Lumayan Om." Ungkap Gavin. 

Surya mengangguk. "Kalo gitu, kalian lawan Om  berdua." Ucap lelaki separuh baya itu lagi. 

Kedua remaja itu tampak bingung. Meminta penjelasan lebih pada Surya. 

"Dua lawan satu. Papa sendiri, kalian berdua." Jelas Surya.

Wajah Arya berubah seketika, Papanya itu merasa paling jago saat bermain catur. Sedangkan Gavin sudah duduk bersebelahan dengan Arya, siap menjadi lawan Surya. Permainan kembali dimulai, ketiganya tampak sangat serius. 

Melva datang dengan nampan yang berisi piringan martabak yang diberikan Gavin juga beberapa gelas minuman. 

Permainan ketiganya berhenti saat Melva memindahkan isiin nampan ke atas meja di samping papan catur. Ketiganya sedang memperhatikan Melva. 

"Tumben rajin, karena ada pacarnya ya?" Ledek Arya. Wajah Melva yang sedari tadi hanya ditekuk, jadi semakin masam mendengar ledekan abangnya. 

Tidak membalas ledekan Arya, Melva langsung meninggalkan ketiga lelaki itu. Membuat Arya dan Surya bingung, Gavin malah biasa saja akan hal itu. 

"Kenapa tu? Kalian berantem, Vin?" Penasaran Arya. 

Yang ditanya tampak kebingungan. "Enggak." Singkat Gavin. 

DestinWhere stories live. Discover now