22 - Hancur

140K 12.7K 1.7K
                                    

Gerombolan siswa laki-laki memenuhi area parkiran. Sebentar lagi bel masuk berbunyi, sampai sekarang tidak ada tanda-tanda jika mereka akan meninggalkan parkiran.

"Si Dava cari ribut njir. Kemarin Bayu diserang sama temennya." Lontar Galang memancing emosi semua anak yang berada di sana.

"Gimana keadaan Bayu sekarang, Lang?" tanya Riko.

"Kakinya aja yang bermasalah. Udah gue bawa minyak urut semalem, baik lah dia entar lagi."

Semua anak kompak mengangguk mendengar penjelasan Galang.

"Tapi duit gue belum dia ganti njir. Bisa bokek gue. Tuh minyak urut, udah paling bagus. Sekali oles, gue jamin si Bayu udah bisa manjat pohon pinang. Harganya 500 ribu cuy," Oceh Galang. Jika tadi semua anak kompak mengangguk, kali ini mereka menggeleng tidak habis pikir dengan jalan pikiran satu temannya itu.

"Kirim undangan ke Dava, bilang kalau dia berani. Lawan gue langsung, sama temen-temennya sekalian gue habisin." Suara tajam Gavin membuat situasi menjadi panas.

Cowok itu sedang duduk di atas motornya. Sedari tadi, dia sudah menahan emosinya mendengar Bayu dihajar anak SMA Bintang.

"Undangan? Siapa yang nikahan?" ledek Galang. Padahal Gavin sudah sangat serius.

"Diem lho, sebelum gue botakin tuh kepala." Sahut Gavin, dia sedang tidak ingin bercanda.

"Kita bales mereka, Vin?" tanya salah satu anak yang bernama Pandu.

Gavin mengangguk mengiyakan. "Gue nggak mau ribut lagi sama mereka. Tapi kali ini gue nggak bisa diem. Kalau kaki Bayu sampai terkilir, gue pastiin matahin kaki mereka." Ucap Gavin cukup serius.

"Besok. Kepala sekolah, ada urusahan kedinas. Pak Tar, dia udah terlalu tua buat ngelerai kita. Bu Tuti, usahain mama lo nggak masuk besok Lang." Jelas Gavin. Galang mengacungkan jempolnya, siap melaksanakan perintah Gavin.

"Besok udah terlalu aman, buat kita nyerang si Dava." Ucap Gavin lagi. Setiap cowok yang ada di sana mengangguk, mereka siap menghajar semua anak Bintang yang terlibat besok.

"Lo mau tawuran?" suara itu berasal dari Melva yang sudah berada di belakang Gavin. Semua mata tampak terkejut melihat keberadaan Melva di sana, entah sejak kapan. Bahkan Gavin sendiri sampai menaikkan satu alisnya, dia seperti sedang melihat penampakan.

"Ini masalah cowok Mel, nggak usah ikut campur." Celoteh Galang yang langsung dihadiahi pelototan dari Melva.

"Pokoknya lo nggak boleh tawuran, Vin. Gue nggak suka. Itu bahaya buat lo, buat kalian semua." Ucap Melva kepada cowok yang masih menatap heran ke arahnya itu.

Riko yang berada di sana, tersenyum miring mendengar perkataan Melva yang terdengar sangat khawatir dengan Gavin.

"Apa hak lo ngatur-ngatur hidup gue?" ketus Gavin.

Melva terdiam beberapa saat, lalu kembali bersuara.

"Gue pacar lo."

Gavin tersenyum sinis. "Pacar taruhan. Jadi lo nggak punya hak ngatur-ngatur gue. Pergi dari sini, masih banyak hal penting yang harus kami siapkan buat besok." Ucap Gavin sangat dingin.

Melva jadi terdiam beberapa saat. Dia tidak marah Gavin mengusirnya, tapi hatinya sakit karena Gavin mengatakan dia hanya sebagai pacar taruhan, tidak lebih dari itu. Melva tersenyum kecut, dia berbalik tapi kembali berhenti saat melihat mata milik Riko yang sedang menatap miris ke arahnya.

"Lo juga mau ikut tawuran, Riko?" Melva bersuara lagi kali ini tertuju pada Riko. Semua mata termasuk Gavin, kini tertuju pada Riko. Melva terus menatap Riko, saat ini dia berharap Riko mengatakan tidak, seperti biasa Riko selalu mendengarkan ucapannya.

DestinWhere stories live. Discover now