14 - I hate you

143K 12.4K 722
                                    

"Ck," Melva berdecak. Pukul setengah delapan pagi, cewek itu baru sampai ke sekolah. Benar saja, Gavin tidak menunjukkan wajah di antara pagar-pagar LAB Biologi, membuat Melva kebingungan di sana.

Cewek itu memutuskan memanjat pagar, baru beberapa injakan. Dia sudah turun lagi, cewek itu terlalu takut untuk melakukannya sendiri. Melva mengambil ponsel di saku bajunya, mencari sebuah nomor. Lalu membawa ponsel ke telinganya.

Panggilannya terputus, orang yang dia telpon tidak mengangkat ponselnya. Melva berdecak lagi.

"Gak bisa diajak kerja sama banget." Gerutu Melva matanya bercelingak-celinguk melihat keadaan sekolah. Sepi, itu yang Melva lihat. Sekarang dia memutuskan memanjat pagar lagi.

Melva terlalu fokus mencari bagian pagar untuk kakinya memanjat. Sampai tidak mengetahui ada yang datang menghampirinya.

"Buru." Suara cowok sukses mengagetkan Melva. Hampir saja dia terjatuh kalau tidak berhasil menyeimbangkan tubuhnya.

"Gavin," guman Melva tidak percaya. Gavin membalas menatap cewek itu.

"Cepet." Kesalnya. Karena Melva hanya mematung melihatnya.

Melva tersadar dari rasa tidak percayanya, cewek itu menyungingkan senyumnya. Lalu kembali memanjat pagar, sampai dia berada di atas. Cewek itu harus melompat, tapi sekarang ada sorot ketakuatan di wajahnya.

Gavin yang mengetahui hal itu langsung berdecak, lalu melihat sekeliling mereka. Tidak ada siapa pun.

"Loncat sekarang." Suruh Gavin. Melva sampai kesusahan menelan salivanya.

Gavin berdecak lagi. "Gue tangkap dari sini, buru." Ucapnya sambil menjulurkan satu tangan ke arah Melva.

"Bener ya lo tangkap, awas kalo lo boong." Melva seolah tidak yakin dengan ucapan Gavin.

Gavin mendengus sebal, dia sangat tidak suka dengan keadaan sekarang. Awalnya dia tidak ingin membantu Melva, bahkan saat Melva mengirimi pesan dan menelponnya berkali-kali, Gavin tidak memperdulikan hal itu. Tapi tetap saja, cowok itu permisi dari kelas lalu melangkah ke pagar LAB Biologi untuk membantu cewek itu.

"Lo gak loncat sekarang, gue tinggal." Ancam Gavin.

Melva menggeleng, melihat ke bawah. Lalu melihat Gavin kembali.

"Tangkap ya," ucapnya dengan takut.

Melva melihat ke bawah kembali, lalu melihat Gavin lagi. Cowok itu sudah siap menerima tubuh Melva dari bawah. Detik berikutnya Melva melompat, Gavin dengan cepat menangkap tubuh Melva. Membuat jarak keduanya jadi sangat dekat.

Melva masih takut, saat itu juga Gavin melepaskan Melva dari dekapannya. Membawa kaki Melva menyentuh tanah.

"Jantung gue ampir copot." Oceh Melva dengan tangan berada di dada yang seolah merasakan degup jantungnya. Sedangkan Gavin hanya memperhatikan cewek di depannya itu. Melva terlihat begitu takut, dengan keringat berada di keningnya.

"Udah kan? Gue balik." Baru Gavin berbalik, tangan Melva menggapai tangannya. Membuat cowok itu berbalik melihat Melva lagi, sambil melepaskan genggaman Melva.

Gavin menatap cewek itu penuh tanya. Sedangkan Melva tercenggir dengan sangat lebar.

"Makasih." Ucap Melva dengan cengirannya.

Gavin mengangguk, dia ingin berbalik lagi. Tapi Melva menahannya dengan menggengam tangannya lagi.

"Karena lo udah baik sama gue hari ini, nanti gue traktir lo makan di kantin." Ucap Melva begitu antusias.

Gavin melepaskan genggaman Melva lagi.

"Gak perlu. Inget yang gue bilang semalem, jaga jarak sama gue kalo di sekolah." Usai mengatakan itu, Gavin langsung meninggalkan Melva, yang hanya tersenyum mendengar tuturan cowok itu.

DestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang