18 - Nasi goreng

124K 11.4K 559
                                    


"Beneran! Lo suka sama Riko, Bil?! " ucap Melva cukup keras. Membuat semua anak yang berada di kelas, menoleh kearahnya.

"Ih Mel. Pelan-pelan dong kalo ngomong, malu gue." ucap  Billa.

Melva tercengir Lebar. "Sejak kapan?" tanya Melva. Dia begitu antusias.

"Dari kelas sepuluh. Tapi Riko nya, nempel terus sama lo. Billa jadi cuma bisa mendem perasaannya." Vika terkekeh menjelaskan pada Melva.

"Sebenernya, lo suka sama Riko. Apa gimana si, Mel? Lo kok deket banget sama dia. " tanya Vika lagi. Sedangkan Billa hanya diam menunggu jawaban Melva.

Vika dan Billa terus menunggu Melva mengatakan sesuatu. Yang sedang ditunggu, malah sibuk dengan ponselnya.

"Mel jawab dong. HP mulu." Vika tidak bersabar.

Bukannya menjawab, Melva malah berdiri dari duduknya. 

"Gue ketemu Gavin dulu, ya. Ini penting banget, gue mau kasih bekal." Ucap Melva. Mengambil kotak bekal dalam tasnya, lalu beranjak pergi. Membuat Billa dan Vika hanya bisa menggeleng, melihat kelakuan Melva.

***

“Otak lo terbuat dari apa sih? Bengal banget!” Omel Gavin, saat dia menemukan Melva yang berada di depan kelasnya.

Bel istirahat baru berbunyi tiga menit yang lalu. Awalnya Gavin ingin pergi ke kantin bersama teman-temannya. Tapi, saat dia keluar kelas. Matanya menemukan sosok Melva yang berdiri menyandar di dinding. Kehadiran Melva, sontak membuat Gavin terkejut. Jadilah saat ini, Gavin masih berada di penghujung pintu. Menatap kesal ke arah Melva.

“Gue Cuma mau kasih lo ini,” Melva menyodorkan kotak bekalnya.

Gavin melihat kotak bekal, lalu menatap Melva kembali.

“Nggak ada kerjaan. Balik-balik! ” usir Gavin. Dia langsung masuk ke dalam kelas, Melva yang sudah kebal dengan penolakan Gavin, langsung menyusul Gavin dari belakang.

Gavin yang sudah sangat kesal, terus berjalan ke bangkunya. Tanpa memperdulikan Melva yang mengikutinya. Gavin menjatuhkan bokongnya di bangku, duduk menyandar dengan ponsel yang sudah berada di tangannya. Gavin, mengabaikan Melva dengan kesibukannya bermain game.

“Setidaknya diterima. Gue udah buat susah payah tadi pagi, gue itu nggak bisa masak. Tapi gue belajar buat nasi goreng ini buat lo.” Suara Melva menghiasi telinga Gavin.

“Berarti itu nggak enak. Daripada gue bolak-balik ke kamar mandi, bagus nggak gue cicipi.” Sahut Gavin tanpa melihat Melva.

Melva berdecak kesal, belum mencoba. Gavin sudah menghina nasi goreng buatannya.

“Cobain dulu, baru comment. ” Melva menyodorkan lagi kotak bekalnya.

Gavin menggeleng, memasukkan ponsel ke saku celananya kembali. Lalu beranjak lagi dari duduknya, Gavin berjalan ke belakang kelas, mengambil gitarnya yang di letakkan di atas meja paling belakang. Lalu melangkah melewati Melva.

Melva menghela napas, lalu kembali mengikuti Gavin. Gavin menjatuhkan bokongnnya ke bangku panjang di depan kelasnya, mencari posisi yang nyaman untuk tubuhnya. Gavin mulai memainkan gitarnya.

“Pergi sana,” ucap Gavin saat Melva menganggu pandangannya.

“Cobain dulu. Baru gue pergi,” sahut Melva. Menyodorkan kembali kotak bekalnya.

Gavin menghela napas. Melva, sangat keras kepala.

Meletakkan gitar ke sisi kirinya, lalu mengambil kotak bekal Melva.

DestinWhere stories live. Discover now