3 - Eksekusi. Yes or No!

148K 13.1K 428
                                    

Bel istirahat berbunyi, semua anak OSIS sudah berkumpul di lapangan basket. Sebentar lagi, Gavin akan melaksanakan taruhannya dengan Galang.

Semua anggota OSIS yang berkumpul di lapangan, menjadi pusat perhatian bagi seluruh anak Galaksi. Apalagi ada Gavin di sana, membuat semua siswi perempuan jadi mendekat.

Di lorong lantai dua, juga sudah dipenuhi anak-anak. Mereka sudah penasaran apa yang akan dilakukan Gavin dan teman-temannya.

"Vin, lo ambil ni." Ucap Galang sambil memberikan toa kepada Gavin. Gavin memberi tatapan dinginnya, lalu mengambil toa itu dari tangan Galang.

Gavin berdiri di tengah-tengah teman-temannya. Di samping kanannya ada Galang yang diikuti Riko sedangkan di samping kirinya ada Bayu dan beberapa anak cowok lainnya. Di sisi kanan paling ujung tepatnya di samping Riko, ada 5 orang cowok yang memegang spanduk bertuliskan Melva, jadi pacar gue. Dengan sederet foto Melva. Entah ide dari mana, teman-temannya itu memang sangat alay.

"Mainkan Vin, waktu kita gak banyak." Suruh Galang. Cowok satu itu terlihat begitu bahagia.

"Lo yakin Melva ada di kelas?" suara Bayu dari samping Gavin, yang meminta penjelasan dari Galang.

"Tenang, semuanya udah gue cek. Aman pokoknya." Jelas Galang.

Gavin mendengus sebal, di tangan kirinya sudah terdapat toa dan di tangan kanannya sudah ada satu buket bunga mawar merah. Dia berharap tidak terjadi bencana hari ini, di tolak itu lebih baik.

Gavin mengangkat toa, mendekati mulutnya. Matanya terus mengarah ke kelas atas.

"Melva. Jadi pacar gue!" suara Gavin. Aksinya dimulai sekarang.

Seketika riuh suara siswi perempuan dari pinggir lapangan dan lantai dua terdengar. Mereka yang terbilang pengagum Gavin, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.

"Gavin beneran?"

"Gavin baru balik dari sekolahkan? Kok bisa suka sama Melva sih?"

"Melva, pakek pelet ya!"

Celotehan-celotehan yang berasal dari sebagian siswi.

Billa yang sudah melihat aksi Gavin dari atas, sontak berlari ke kelasnya. Melva, seperti biasa cewek itu sedang mendengar musik di telinganya dengan tangan yang sibuk mengerjakan tugas.

"Mel." Teriak Billa yang sekarang sudah berada tepat di depan Melva.

Melva jadi mendongakkan kepalanya. Mencabut satu headset dari telinganya.

"Kenapa?"

"Gavin nembak lo!" Ucap Billa dengan keras. Dia sendiri belum mengerti kenapa tiba-tiba Gavin menembak Melva. Bahkan, Melva saja belum kenal dengan cowok itu.

Melva menaikkan alisnya. Menoleh ke samping kanan, sudah banyak teman-temannya yang berkumpul melihat ke bawah.

"Kenapa Gavin bisa nembak lo? Kemarin lo bilang, gak kenal sama dia. Lo bohong sama gue Mel!" ucap Billa meminta penjelasan.

Melva mengedikkan bahunya.

"Gue gak tau, stres mungkin." Jawab Melva. Cewek itu terlihat begitu santai.

Billa mengeryitkan keningnya. Dia benar-benar bingung sekarang. Melva ingin beranjak dari bangkunya tapi di tahan dengan Billa.

"Lo gak usah ke sana Mel." Cegah Billa. Yang sekarang jadi khawatir.

"Kenapa?" heran Melva.

"Gue tanya sama lo. Lo mau terima Gavin atau nolak?" tanya Billa.

Melva berdecak malas.

DestinUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum