24 - Gavin

158K 12.5K 1.3K
                                    


Di mulmed, ada Bang Gavin👆😳😘

Gavin mengarahkan bola matanya, mengikuti motor berwarna merah yang baru masuk ke area parkiran. Bukan motornya yang menjadi masalah. Tapi orang yang mengendarai sekaligus orang yang berada di belakangnya. Riko dan Melva, keduanya sudah turun dari motor. Riko juga membantu Melva melepaskan helm karena cewek itu terlihat kesusahan.

"Cewek lo tuh Vin, ditikung Riko." Celetuk Galang, yang ikut melihat Riko dan Melva. Apalagi kedua remaja itu tampak mesra, saat Riko merangkul Melva ke luar parkiran.

Gavin tidak memperdulikan ucapan Galang, dia hanya memperhatikan Riko dan Melva yang memang tampak mesra seperti orang berpacaran. Tapi Gavin tidak mengambil pusing! Mereka mesra, itu karena mereka sepupuan.

"Lo nggak marah sama gue lagi, kan?" ucap Melva di tengah langkah mereka.

Riko menggeleng sambil menampakkan senyumnya.

"Enggak lah. Gue mana bisa, marah lama-lama sama cewek yang cantik ini." Goda Riko sambil mencubit pipi Melva dengan pelan.

Melva hanya tersenyum, Riko sudah membaik lagi padanya. Setidaknya itu awal yang baik, hari ini Riko. Besok! Mungkin Billa, bisa memaafkannya.

Riko mengantar Melva sampai ke kelas. Di sekolah, memang tidak ada yang tahu kalau Melva dan Riko sepupuan. Walaupun, kata sepupu itu hanya berlaku untuk Melva tidak untuk Riko. Makanya, sepanjang koridor tadi. Semua mata menatap aneh ke arah keduanya. Jelas! yang mereka tahu, pacar Melva-Gavin! bukan Riko. Tapi Melva, malah sering bermesraan dengan Riko. Itu yang membuat mereka bingung.

"Masuk sana!" suruh Riko saat Melva hanya diam diambang pintu.

Melva diam sesaat, memperhatikan Riko sebentar, lalu melangkahkan kakinya ke dalam. Saat dia menginjakkan kakinya, dia langsung dihadiahi dengan tawa Billa dan beberapa siswi perempuan yang lain. Kelas menjadi asing kembali, entah kenapa! Beberapa hari ini, dia merasa tidak dianggap di kelas. Duduk sendiri, tanpa ada teman di samping. Membuat Melva menjadi sangat aneh di kelas, saat guru membuat lawakan. Dia bahkan tidak bisa tertawa, padahal semua teman kelasnya sudah tertawa.

Setiap hari, Melva mengajak bicara Billa. Sampai sekarang juga Billa tidak pernah meresponstnya. Pernah Melva hampir menangis, saat semua teman perempuannya bergosip, menceritakan kejadian di sekolah. Saat mereka tertawa, saling meledek. Tanpa mengajaknya. Seolah, keadaan kelas pun lagi marah padanya sekarang. Mereka kompak menjauhi Melva.

Bukannya menghampiri tempat duduknya, Melva malah kembali keluar kelas. Membuat Riko yang masih berada di luar, bingung dengan kelakuan Melva.

"Kenapa Mel?" tanya cowok itu. Sambil melihat apa yang terjadi di dalam kelas Melva.

Melva menggeleng pelan. "Gue mau ke kantin." Sahutnya.

"Gue temenin, ya?"

Melva menggeleng lagi. "Nggak usah Rik, sebentar aja kok." Ucap Melva.

Riko mengangguk. Mendapat anggukan dari Riko, Lantas Melva langsung melangkah. Berjalan dengan sangat cepat. Dia tidak betah berlama-lama di kelasnya, walaupun hanya di depan pintu.

Melva menjatuhkan bokongnya ke tempat duduk di sudut kantin. Menyilangkan tangannya di meja, laantas menempelkan pipinya diantara tangannya. Saat ini, Melva hanya butuh ketenangan.

Suara kursi yang di tarik, tidak membuat Melva terganggu. Dia tidak memperdulikan apa yang terjadi di depannya sekarang. Yang perlu dia lakukan, hanya menenangkan dirinya. Agar dia tidak menangis, entah kenapa! Beberapa hari ini, Melva menjadi cewek cengeng. Apapun yang menyentuh hatinya, dia pasti akan menangis.

"Bang Arya nelpon gue tadi pagi. Katanya, lo belum makan sejak semalem?" suara laki-laki. Siapa lagi kalau bukan Gavin, tapi Melva tetap tidak bergeming dari posisinya.

DestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang