Harry menempatkan ereksinya di antara kedua pahaku, tubuhnya mengambangiku, mempertemukan dada kami dan aku kembali terjebak oleh godaannya ketika ia bersiap sedia untuk memasuki diriku lagi. Dengan perlahan Harry mendorong masuk, menembusku dan memenuhiku. Aku mengerang nikmat. Kali ini rasanya lebih dalam dan lebih intense, aku merintih dan Harry  memutar pinggulnya dengan sengaja, kemudian ia menarik kembali dan mendorong masuk dengan lambat. Dan terus seperti itu berulang-ulang kali.

"Harry, lebih cepat... kumohon." Aku mengerang dan menatap wajahnya yang menengadah ke bawah, seakan menonton persatuan tubuh kami yang pasti terlihat panas. Aku meremas seprai di bawahku lagi ketika Harry mendorong sangat pelan dalam diriku, mengubur dirinya kemudian meregang lalu mengisiku lagi tanpa henti. Ini jelas-jelas penyiksaan yang nikmat. "Harry, kumohon..."

Ia menyeringai, seperti tahu bahwa ia sudah memenangkan diriku. "Apa yang kau inginkan, Ken?"

Aku mendesis dan merintih. Harry menghentikan gerakkannya dan itu membuatku frustasi. Aku ingin ia bergerak di dalamku dengan cepat!

"Jawab aku. Apa yang kau inginkan?"

"Kau." Aku mendesah. "Aku menginginkanmu."

Sekali lagi, Harry memutar pinggulnya, dan akhirnya ia mulai mempercepat gerakannya. Ia mendorong keluar masuk. Semakin cepat dan semakin dalam. Tangan kirinya membelai bokongku sementara tangan kanannya menahan kaki kiriku yang tidak bisa diam. Aku menggeliat gelisah.

Harry membungkuk, menghisap putingku dengan kuat sementara dorongannya terus bertambah cepat tanpa ampun. Aku mengerang, menjerit, dan merintih. Tubuhku terfokus pada dirinya di dalam diriku sekaligus pada lidah dan mulutnya yang bermain-main dengan putingku.

Aku bisa gila!

"Ah! Harry!"

Harry mengangkat tubuhku bersamanya, membawa diriku duduk di atas pahanya dan ia mengangkat bokongku ke atas, memaksaku untuk bergerak ke atas dan ke bawah. Mendengar napasnya yang terengah-engah dan berhembus tepat di depan wajahku, membuatku tidak berdaya dan langsung mengalungkan kedua lenganku di belakang lehernya. "Kau. Begitu. Nikmat." Ia mengerang, tatapannya yang gelap tertuju lurus ke arahku.

Tubuhku terus bergerak ke atas untuk merenggangkan, kemudian ke bawah untuk memenuhi. Ereksinya membuat dinding vaginaku berkedut-kedut penuh kenikmatan.

Oh! Aku merasakannya lagi! Bagian bawah perutku terasa begitu penuh. Mataku mengerjap dengan cepat.

"Tidak, buka matamu, Ken. Lihat aku." Desahnya.

Lagi, Harry mempercepat hentakkannya di bawahku. Terlalu cepat hingga aku meledak untuk yang ketiga kalinya. Aku mengerang, membuka mata secara perlahan, memandangi Harry yang kini menarik kepalanya ke belakang, membuat urat-urat lehernya timbul dengan jelas, tubuhnya yang dipenuhi tattoo juga mengkilat dan basah oleh keringat. Oh, dia begitu indah ketika menemukan pelepasannya.

Kami ambruk bersamaan. Harry berada di bawahku dan aku langsung membenamkan wajahku di dadanya yang bidang. Ini terlalu melelahkan. Semua tenagaku terkuras habis. Napasku tidak pernah secepat ini sebelumnya, seakan-akan aku baru saja selesai berlari dari jarak bermil-mil.

Tubuhku terangkat berkali-kali seiring dengan dada Harry yang naik turun. Aku bisa merasakan jantungnya yang berdegup begitu cepat sampai-sampai aku tidak bisa mendengar hembusan napasku sendiri yang terengah-engah. Aku tidak tahu jika efek yang ditimbulkan akan sampai sehebat ini.

Selama beberapa menit kami terus terdiam seperti ini. Sesekali tangan Harry membelai punggung, lengan, dan pundakku, menarik rambutku ke belakang sehingga ia bisa mengelus wajahku dengan buku-buku belakang jarinya. Ia juga memainkan ujung rambutku yang mana begitu aku nikmati seperti sekarang ini.

CHANGED (sudah DITERBITKAN)Where stories live. Discover now