CHAPTER 1 - See You in New York

Start from the beginning
                                    

"Oh mom aku akan sangat merindukan kalian"

"Begitupun dengan mom Summer" mom tersenyum padaku. "Kau tahu Summer, dad pasti bangga mengetahuimu jika kau mendapat beasiswa untuk berkuliah di New York"

"Oh mom, aku sangat merindukan dad"

"Mom juga sayang" Mom langsung memelukku dari samping. Aku membalas pelukan mom. Rasa sedih, haru dan bahagia campur aduk menyelimuti perasaanku. 10 tahun tanpa sosok ayah merupakan kehidupan terberat bagiku. Aku sering kali dibuat sedih ketika melihat seorang gadis sering menghabiskan waktunya dengan sosok ayahnya. Hadir di perayaan kelulusan dengan anggota keluarga yang lengkap, berfoto bersama memperlihatkan kebahagiaan diantara mereka. Sungguh hal tersebut membuatku iri akan kebahagiaan mereka. Astaga, apa yang kau pikirkan Summer? Tentu saja kau bahagia saat ini. Beruntung kau masih memiliki mom dan Clark. Aku melepas pelukan mom dan menatap lekat-lekat mata biru mom yang menjadi favoritku.

"Aku tak akan mengecewakanmu mom" Ujarku dengan mantap. Mom tersenyum kepadaku dan kembali memelukku.

"Mom percaya padamu Summer" Mom melepas pelukannya dan kulihat setetes air mata jatuh dari matanya. Hal tersebut membuatku tak tahan akan air mata yang sudah menggenang di pelupukku.

Mom memegang kedua bahuku membuatku berdiri dengan tegak. Aku kembali menatap matanya. "Buat kami bangga Summer" Sungguh kali ini aku tidak bisa menjadi sosok gadis yang kuat tahan akan tangis ketika sudah berhadapan dengan mom. Air mataku tumpah dengan begitu saja. Menarik nafasku dan membuangnya dengan perlahan. Dengan mantap kuanggukan kepalaku dan mom kembali tersenyum kepadaku.

Aku kembali sibuk dengan piring-piring kotor ini. Kurasa aku setuju dengan ucapan mom. Ini makan malam terakhirku bersama mereka sebelum kepergianku ke New York. Karena besok pagi-pagi sekali aku harus segera ke bandara. Banyak sekali hal di Westminster yang akan kurindukan selama kepergianku ke New York. Teman-temanku,masakan mom, tempat-tempat di Westminster yang penuh akan kenangan, ah ya dan tentu saja rumah pohon dimana aku dan Bradley yang membangunnya. Kurasa malam ini aku akan ke rumah pohon tersebut sebelum esok hari aku akan terbang ke New York.

"Uh mom aku ingin keluar sebentar, kurasa aku butuh udara segar" Ujarku.

"Tapi pagi-pagi besok kau harus segera ke bandara Summer" Jawab Mom.

"Kumohon mom. Hanya sebentar. Aku berjanji besok pagi aku akan bangun tepat waktu"

"Baiklah. Tapi mom harap kau menepati janjimu yang satu itu"

"Aye aye captain" Kubilas piring terakhirku, mengelapnya terlebih dahulu dan meletakkannya di rak piring. "Baiklah mom aku keluar sebentar" Ujarku lalu berlari kecil menuju pintu depan.


***

Duduk termangun di ambang pintu rumah pohon, aku menikmati dinginnya hembusan angin malam yang menusuk kulitku. Ini adalah kebiasaan yang paling kusukai ketika sedang sendiri berada di rumah pohon. Entah mengapa hal tersebut bisa membuatku sedikit lebih tenang. Terlepas dari semua beban-bebanku, aku merasa lebih tenang ketika di rumah pohon ini. Rumah pohon ini banyak memberikan kenangan bagiku. Tempat dimana aku dan Bradley sering menghabiskan waktu. Bercerita, mendengarkan ocehan-ocehanku, berimajinasi dan masih banyak lagi.

Mengadah menatap langit malam, aku mengitung berapa banyak bintang yang dapat ku lihat. Aku tersenyum ketika melihat ada salah satu dari jutaan bintang di langit yang bersinar sangat terang. Sebelum dad menutup matanya untuk selamanya, beliau pernah mengatakan padaku jikalau suatu malam aku melihat ada salah satu bintang yang bersinar paling terang diantara bintang-bintang yang sedang ku lihat, dad mengatakan padaku jika bintang itu adalah dad. Tutup matamu dan bayangkan dad sedang berada di sampingmu. Dad tidak akan pernah pergi jauh, dad akan tetap selalu berada di sampingmu. Kau tak perlu takut Summer. Itu kalimat yang dad ucapkan padaku untuk yang terakhir kalinya.

Seperti biasa ketika aku melihat bintang itu, kututup mataku dan membayangkan jika dad sedang berada di sampingku. Aku membayangkan jika saat ini dad masih di sini menghabiskan waktu bersama kami. Oh kupikir itu akan sangat menyenangkan. Tapi bagaimanapun juga aku tetap bahagia saat ini. Aku bersyukur masih memiliki mom dan Clark. Walaupun kami hidup dengan keadaan yang bisa dibilang pas-pasan, aku tetap bahagia karena masih ada mom dan Clark yang melengkapiku.

Kubuka mataku dan kembali menatap bintang tersebut "Hai dad, kau tahu? aku sangat merindukanmu" Ujarku lirih dan kembali tersenyum pada bintang tersebut. "Dad, aku tak tahu bagaimana reaksimu ketika mengetahuiku jika aku akan berkuliah ke New York. Mengesankan bukan? Ya, kurasa mom dan Clark sangat bangga padaku. Begitupun dengan kau dad, kupikir kau sepemikiran dengan mom dan Clark. Aku berjanji dad, akan membuat kalian bangga. Kau bisa pegang ucapanku dad" Ujarku di barengi dengan kekehanku pada kalimat terakhirku.

Kurasakan angin malam yang semakin dingin menusuk kulitku. Tak tahan akan hal tersebut kuputuskan untuk masuk ke dalam rumah pohon karena aku bukan manusia bodoh yang menginginkan mati kedinginan. Well cukup menggelikan.

Kusentuh sebuah bingkai foto dimana terdapat fotoku dan Bradley disana. Aku tersenyum melihatnya. Foto ini diambil ketika kami sedang berlibur ke London. Orang tua Bradley tak segan-segan mengajakku beserta mom dan Clark untuk ikut berlibur ke London bersama mereka. Aku sangat kagum dengan keluarga Bradley dimana mereka sangat baik hati dengan keluargaku. Bradley memang beruntung, ia dilahirkan di tengah-tengah keluarganya yang berkecukupan. Walaupun begitu, Bradley tak pernah merasa malu berteman dengan gadis yang serba kekurangan sepertiku. Ia tak pernah peduli akan teman-teman sekolah kami yang mencemoohnya karena berteman dengan gadis jelantah sepertiku. Kupikir aku berhutang banyak terhadap Bradley.

Sampai bertemu di New York Bradley. Lihat apa yang bisa kulakukan untuk membayar semua kebaikanmu selama ini untukku.

Love xx

Don't forget to vomment ++

Thanks

Just You (Bradley Simpson)Where stories live. Discover now