PROLOGUE

612 35 0
                                    

Kau tahu hal yang paling menggembirakan bagiku? Bukan gaun pesta baru, bukan juga sepasang sepatu perak ataupun memenangkan lotre. Hal yang paling menggembirakan bagiku adalah ketika kenyataannya dalam waktu dekat ini aku akan menemui sahabat lamaku di New York. Well keberuntungan sepertinya sedang berpihak kepadaku. Aku mendapat surat dari kampusku bahwa aku mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di New York University. Ya itu memang sangat mengagumkan bagiku.

Sudah cukup lama aku berusaha untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Hal tersebut aku lakukan bukan sekedar aku hanya ingin menyusul Bradley di New York, akan tetapi itu sudah menjadi cita-citaku sejak dulu. Tetapi di luar itu semua tentu saja aku sangat senang karena tak lama lagi aku akan bertemu dengan Bradley.

Sekedar untuk diketahui saja, Bradley adalah sahabatku sejak kecil. Dahulu ia dan keluarganya tinggal tepat di sebrang rumahku. Saat pertama kali ia dan keluarganya pindah ke Westminster, aku melihatnya dan langsung berkenalan dengannya. Well di luar dugaanku, ternyata ia anak yang manis. Keluarganya-pun sangat ramah terhadap kami. Ia juga memiliki seorang kakak perempuan bernama Brenda. Usianya hanya terpaut 5 tahun lebih tua dari kami. Mulai dari situlah aku menjadi sangat dekat dengan Bradley. Sepulang sekolah kami sering menghabiskan waktu untuk pergi ke sebuah taman atau sebuah kebun terbengkalai tak jauh dari rumah kami. Kami juga membangun sebuah rumah pohon yang hanya untuk kami berdua di kebun yang sudah terbengkalai tersebut.

Bradley adalah tempatku paling nyaman untuk berbagi cerita. Ia selalu setia mendengarkan cerita-ceritaku. Apapun itu, mau cerita sedih ataupun senang. Ia juga yang selalu memberiku semangat ketika aku maupun keluargaku sedang dalam keadaan yang buruk. Kurasa Bradley sudah paham akan seluk belukku. Hal tersebut semakin membuatku nyaman berada di dekatnya. Tak heran jika aku menyimpan rasa terhadapnya. Tapi aku tak berani bahkan tidak akan pernah mengungkapkan kepadanya. Aku tak mau jika persahabatan yang sudah lama kami jalani menjadi hancur hanya karena perasaan sialan tersebut.

Tetapi pada saat ulang tahun Bradley yang ke-18, ia mendapat kabar buruk bahwa kedua orang tuanya tewas dalam sebuah kecelakaan tunggal. Pada saat itu kedua orang tua Bradley tengah dalam perjalanan pulang dan berencana untuk merayakan ulang tahun Bradley di rumah. Tetapi Tuhan berkata lain. Tentu saja hal tersebut menjadi kado ulang tahun terburuk bagi Bradley. Bradley sangat terpukul pada saat itu. Ia menjadi pemurung dan jarang berbicara.

Aku mengerti akan keadaanya pada saat itu karena aku pernah berada di posisinya seperti saat itu. Kehilangan orang yang sangat kau cintai. Ayahku meninggalkanku mom dan Clark 10 tahun yang lalu akibat kecelakan juga. Ia meninggal setelah satu minggu koma di rumah sakit. Ayahku sempat sadar setelah satu minggu dalam keadaan koma. Aku sangat bahagia pada saat itu. Kami sempat berbicara dan ayah banyak menyampaikan banyak hal kepadaku. Tapi kebahagiaanku terenggut begitu saja setelah 10 menit kami bebicara ayah lalu menghembuskan nafas terakhirnya. Kami sangat terpukul pada saat itu. Aku tak menyangka jika perbincangan tersebut menjadikan 10 menit terakhirku bersama ayah. Aku mencoba sangat keras untuk mengikhlaskan kepergian ayah. Bagaimanapun juga kami tidak bisa mengubah kehendak Tuhan. Kupikir ayah akan lebih bahagia jika berada di samping Tuhan. Aku percaya, Tuhan akan menjaga ayah hingga kami dipertemukan kembali.

2 minggu setelah orang tua Bradley meninggal, aku dan Bradley dan tentu saja teman-teman seperjuanganku dinyatakan lulus dari SMA. Dan di saat itu juga Bradley memutuskan untuk kembali ke New York bersama Brenda, kota dimana Bradley beserta keluarganya berasal. Hal tersebut tentu saja sangat berat bagiku. Tapi bagaimanapun juga aku harus bisa menghargai keputusan Bradley. Ia berjanji padaku untuk selalu menghubungiku. Hingga sampai saat ini terbukti jika ia tak pernah absen untuk menghubungiku bahkan di zaman modern seperti ini kami masih saling berkirim surat. Memang menggelikan tapi bagaimanpun juga aku menyukainya. Di setiap hari ulang tahunku, ia selalu mengirimiku sebuah kado yang sangat mengesankan langsung dari New York.

Kurasa setelah kepergian Bradley ke New York menjadikan 4 tahun terberat bagiku. Setiap hari aku selalu datang ke rumah pohon untuk sekedar melepas rinduku terhadap Bradley. Sesekali aku menangis menantikan kapan aku akan bertemu dengannya lagi. Tak heran jika aku merasa sangat senang ketika mendapat berita jika aku mendapat beasiswa untuk berkuliah di New York. Aku memberitahu Bradley kabar gembira tersebut, dan tentu saja ia sangat senang mendengarnya. Ia berkata padaku jika ia sudah tak sabar lagi untuk bertemu denganku.

Oh Bradley akhirnya setelah 4 tahun terberat ini, aku akan menemuimu di New York nanti.


First fanfiction, jadi maaf kalau jelek alurnya, gak jelas, pokonya gak perfect Soalnya aku juga masih belajar nulis beginian. But I'll do for the best.

Thanks

Love xx

Don't forget to vomment ++

Just You (Bradley Simpson)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang