My Beautiful Girl : 23

Mulai dari awal
                                    

Karena, semakin mereka memaksa keduanya hanya akan saling menyakiti.

Setelah melewati perjalanan pulang yang panjang dan melelahkan, akhirnya Alessa sampai di apartement. Suasana lenggang dan sepi menyambutnya, yang diasumsikan olehnya bahwa pemilik apartement tersebut belum pulang dari kampus.

Alessa merenung sejenak, memandangi sekeliling apartement, merenungkan dari mana ia harus mulai untuk membersihkan apartement yang terlihat sangat kacau sejak terakhir kali ia tinggalkan selama satu malam.

Namun, matanya malah tertuju pada bingkisan yang ibunya berikan. Dia lalu membukanya dan menemukan teh hijau kering buatan sang ibu. Tanpa pikir panjang ia mulai menyeduh teh tersebut, untuk menenangkan isi pikirannya.

***

Leo memejamkan mata, saat merasakan kelembutan udara yang mengalir di tubuhnya. Saat ia tengah mandi pagi yang kesiangan, setelah satu hari dia tidak mandi karena terus mengkhawatirkan Alessa.

Vino datang pada malam yang mengerikan, menemukannya berada dalam ruangan tv penuh sampah. Kedatangannya hanya untuk mengatakan bahwa Leo tengah jatuh cinta.

Leo telah memutuskan, apa yang ia rasakan pada saat kakaknya bertanya bukan karena ia jatuh cinta pada Alessa. Itu hanya emosi yang tidak bisa dia definisikan dengan benar, hanya membuang-buang waktu. Selama ini ia hanya khawatir perempuan itu pergi dan tidak akan kembali lagi untuk menyelesaikan kontrak kerja, tentu saja tidak ada yang lain.

Di tengah dia mandi, ia mencium aroma harum dari teh yang di seduh yang menyusup ke dalam kamar mandi. "Alessa pulang?" Gumamnya tanpa sadar sangat-sangat bahagia.

Leo menyudahi mandinya, saat aroma teh mulai kembali tercium dengan tajam. Dia lalu bergegas menutupi bagian bawah tubuhnya dan berjalan meninggalkan kamar mandi, menghampiri sumber aroma teh yang berasal dari luar kamarnya.

Alessa mengikat rambutnya yang tergerai, saat suara air mendidih di ketel dengan uap naik dari cerat, mengisi udara dengan kehangatan yang menenangkan. Dia lalu meraih mug favoritnya yang ia ambil di rumah, dan meletakkannya di atas meja. Saat ia menunggu tehnya meresap, dia menatap air yang mulai berubah warna.

Aroma teh memenuhi hidungnya dan dia menarik napas dalam-dalam, menikmati aromanya.

Alessa mengambil mug merasakan kehangatan keramik di telapak tangannya dan menyesapnya. Teh yang sempurna, dalam jumlah yang tepat. Ia menutup matanya, menikmati setiap aroma yang keluar, dan mendesah puas.

Saat membuka mata, sosok Leo yang sudah berdiri di depannya menyapanya. Jantung Alessa berdetak sangat cepat, matanya pun terasa hampir keluar melihat sosok tersebut. Dia pikir pria itu tidak ada di apartemet.

Dengan tubuh basah dengan hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya, ujung rambut hitamnya basah meneteskan bulir air yang mengalir mengikuti lekuk dadanya. Pria itu menyeringai bahagia saat melihatnya.

"Lo gila, ya!?" Teriak Alessa, yang kini menutup wajahnya dengan mug di kedua tangannya.

Leo tertawa senang, berjalan menuju arahnya. "Alessa." Sapanya senang.

"Jangan mendekat, Leo!" Pekik Alessa cemas, berjalan mundur dan melangkah mundur.

Leo mendesah kecewa, tangannya terentang di kedua sisi. "Gue... Khawatir sama lo! Semalam gue benar-benar hampir gila, gue gak tidur semalam cuma buat nungguin lo!" Cerocos Leo, menceritakan betapa gila dan khawatir dirinya tadi malam.

Alessa menggelengkan kepala, mengigit bibirnya mencoba menatap wajah Leo dengan serius, dan juga untuk mengalihkan pandangan dari tubuh setengah toples pria itu. "Gue udah bilang, gue cuti dan pulang kampung. Lo gak seharusnya kaya gitu!" Ujarnya, tidak mengerti.

My Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang