My Beautiful Girl : 09

20.4K 714 3
                                    

Vote, please...


.



Alessa membanting totebag putih kusamnya keatas meja, dengan kasar dia memasukkan laptop dan beberapa buku ke dalamnya.

Sekarang di apartement ini ada dua Leo, dan dia mulai muak dengan tingkah keduanya yang sama persis.

Menarik napas untuk yang terakhir kalinya, tangannya terangkat membuka pintu kamar.

Diluar Alessa melihat sudah ada dua orang wanita yang tengah membantu Radit, anak kecil yang masih saja menangis dengan dramatis. Itu lah kenapa Alessa membenci anak kecil. Alessa hanya menariknya turun dan tangan kecilnya sendiri yang menyenggol piring makanan tersebut hingga membuat bajunya kotor.

Saat melewati kerumunan tersebut, Alessa semakin mempercepat langkah kakinya menuju rak sepatu. Tak sekalipun dia membiarkan matanya bertemu dengan tatapan tajam Leo yang mengarah padanya.

Pria itu sibuk menelepon seseorang sedangkan matanya mengawasinya, membuat punggungnya terasa dilubangi.

***

Dipagi hari yang seharusnya diawali dengan keberuntungan, ternyata dugannya salah.

Pagi hari ini. Leo harus mendengar suara kencang tangisan dari arah luar kamarnya. Setelah dia mengeceknya, Leo melihat Radit, keponakannya tengah menangis dengan baju sekolahnya yang kotor, di sampingnya Alessa berdiri dengan wajah memerah.

Sejak keponakannya lahir, Leo tak pernah melihat Radit menangis. Biasanya, dia akan melihat asisten Radit yang menangis karena ulah usilnya.

Leo berjongkok untuk memastikan tak ada luka di wajah Radit.

Setelah berdebat kecil dengan Alessa, perempuan itu memilih pergi ke kamar tanpa rasa bersalah.

Tak lama bel terdengar, Leo buru-buru membukakan pintu. Sesuai dugaanya dua asisten Radit berdiri diluar dengan tatapan khawatir sekaligus takut. Dengan kesal Leo menyuruh keduanya masuk.

"Kenapa kalian teledor, sih?" Tanya Leo kesal.

Salah satu asisten menoleh ke arah Leo, matanya berkedip gemetar. "Tapi... tadi Radit dia keluar begitu saja dari mobil..." Suaranya menghilang karena sebuah senggolan di rusuknya. Kepalanya kembali tertunduk saat menyadari sesuatu. " Maaf, kita memang teledor." Cicitnya.

Suara ponsel Leo berdering nyaring, membuatnya mengurungkan niat untuk mencerca kedua asisten tersebut. "Hallo." panggilnya dengan nada kesal yang tak ia tutupi, dia bergumam mendengar begitu banyak ucapan dari si penelpon tanpa membiarkannya membuka mulut.

Pintu kamar yang beberapa menit yang lalu tertutup kini terbuka kembali. Alessa keluar dengan langkah panjang dan dagu yang diangkat tinggi-tinggi.

Melihat hal itu Leo ingin sekali membenturkan tubuhnya ke dinding, dan melumat habis ekspresi angkuh di wajahnya hingga hanya ada ekspresi memohon yang selalu dia impikan.

***

Sore harinya setelah pulang dari kampus, Alessa tetap melihat meja bar dapur seperti terakhir kali ia lihat. Makanan yang tak sengaja di senggol oleh keponakan bossnya masih berserakan di bawah kursi.

Alessa memijit pangkal hidungnya melihat kekacaun tersebut. Totebag yang tadi ia jingjing di simpan diatas meja, lalu menyobek beberapa lembar tisu dapur dan mulai membersihkannya.

Saat fokus membersihkan sisa makanan tersebut, sudut matanya melihat seseorang berjalan mendekat dengan langkah kecil hati-hati. Alessa mengangkat wajahnya untuk melihat Radit berdiri tak jauh darinya, mencoba tak membuat keributan lagi. Alessa mengacuhkannya.

My Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang