My Beautiful Girl : 08

17.2K 761 4
                                    

Vote, please...


.




Tiga hari saja sudah sangat lama bagi Alessa yang kini bekerja untuk Leo. Bukan tentang pekerjaanya yang berat tapi tentang menghindari pria itu.

Saat pria itu belum terbangun dari mimpi kotornya, Alessa akan bergegas untuk membersihkan ruang tv yang selalu kotor dan menyiapkan sarapan untuknya dan Leo. Sejauh ini Leo tak pernah protes akan hasil makanan yang dirinya buat, berarti itu tandanya dia menyukai masakannya dan bukan tipe pemilih makanan.

Setelah pulang bekerja dari club 3 dini hari. Alessa kini hanya mempunyai jam tidur tiga jam saja. Pada saat jam pukul setengah tujuh, dia akan terbangun untuk melaksanakan tugasnya dan bersiap untuk ke kampus. Karena hal itu juga Alessa mudah lelah dan saat pelajaran berlangsung, dia sering mengantuk yang membuat kedua sahabatnya khawatir.

Alessa mendudukkan tubuhnya di kursi kafetaria, totebag miliknya terjatuh di atas meja untuk bantalan kepalanya. "Nanti bangunin, ya." Ucapnya dengan suara lemah.

Mega dan Gisel mengangguk mengerti. Mungkin yang tidak diketahui oleh mereka, bagi Alessa 30 menit sangatlah berharga untuknya.

Kedua sahabatnya tidak ada yang tahu. Kenapa Alessa begitu lelah dan kenyataannya tentang dia bekerja pada Leo. Tidak boleh ada yang tahu, hanya kontrak 3 bulan dan semuanya akan kembali normal. Pikir Alessa.

Leo yang duduk tak jauh dari ketiga perempuan itu, menyadari perubahan Alessa yang tak bersemangat. Dia tahu alasannya, karena perempuan itu kini memiliki dua pekerjaan sekaligus. Entah kenapa dia mulai khawatir tentang kondisinya. Biasanya ia tak pernah merasa khawatir tentang seseorang.

"Kenapa?" tanya David saat melihat Leo terdiam.

Sebelum ketiga temannya menyadari, bahwa ia sedang memperhatikan Alessa, buru-buru Leo mengalihkan pandangannya sambil menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

***

"Gimana? Kenapa sampai kamu tidak tahu, kemana dia pergi? Sudah hampir 4 tahun kamu mata-mataiin anak saya, kenapa masih juga kelolosan!" Tanya seorang pria dengan marah kedua tangannya memukul keras meja kayu jati di depannya.

Pria dengan setelan seperti tukang ojek menundukkan kepala. Dia hanya bisa memberikan sedikit informasi mengenai anak dari pria didepannya, yang kini menghilang dan tidak beruntungnya dia saat kembali menyampaikan ketidaktahuaannya dimana kini anak pria tersebut tinggal.
Sudah hampir 4 hari dia kehilangan jejaknya, dan untuk kesekian kalinya dia harus menerima kemarahan pria di depannya.

Tak lama terdengar langkah kaki dari pria ketiga yang berusia lebih muda dari kedua pria di dalam ruangan tersebut, dengan langkah mantap pria tersebut berjalan memasuki ruangan kerja yang begitu megah.

"Maaf saya terlambat," katanya sesampainya di hadapan pria yang duduk di balik meja kayu jati.

Matanya memberi isyarat pada pria bersetelan tukang ojek untuk meninggalkan ruangan.

Setelah menunggu pria tersebut menghilang di balik pintu. Pria itu menyandarkan tubuhnya kesandaran kursi, tangannya memijit pelipisnya yang berdeyut terasa pening.

Anaknya menghilang dari jangkauannya, untuk kesekian kalinya.

"Ada berita bagus, Dave?" tanyanya membuka pembicaraan mengintip dari balik bulu matanya, menatap pria muda di depannya.

"Ya. Bapak tidak perlu khawatir, dia masih pergi ke kampus dan..." Sepenuhnya pria di balik meja memusatkan perhatiannya kepadanya dengan tatapan menunggu. "Dia terlihat sangat kelelahan dari terakhir kali saya menemuinya. Saya telah mencoba untuk mendekatinya kembali tetapi dia menghindar." Sambungnya, ada nada sedih di balik suaranya.

My Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang