My Beautiful Girl : 28

14.2K 448 9
                                    

Vote, please...

.

Sore hari, langit mulai berubah warna menjadi kemerahan. Matahari yang sebentar lagi akan tenggelam, memancarkan cahaya yang lembut dan hangat. Angin semakin dingin, membuat daun-daun pohon bergoyang-goyang. Di kejauhan, terdengar suara burung-burung yang kembali ke sarangnya. Sore hari memang selalu membawa keindahan yang tak tergantikan.

Alessa berjalan pelan menuju ruang makan di iringi cahaya sore yang masuk dari jendela-jendela besar di setiap lorong, menikmati suasana sore yang tenang. Tidak dengan hatinya, dia tahu siapa pria yang akan dijodohkan dengannya.

Sangat terkejut karena pria yang akan dijodohkan dengannya adalah, Leo. Mereka memiliki cerita yang buruk dengan pertengkaran yang tak ada habisnya. Kedatangan pria itu, menjawab semuanya. Tidak mungkin pria itu hadir di pertemuan keluarga besar, kalau bukan memang dirinya sendirilah yang akan dijodohkan dengannya.

Mereka tidak pernah cocok dalam apapun, berteman pun rasanya hanya menguras tenaga.

Alessa mengigit bibirnya gugup, tangannya terulur memijat pelipisnya yang pening. Dirinya kembali teringat, akan rencananya yang telah di susun semalam diperjalanan menuju rumah. Bagaimana kalau Leo si watak keras kepala itu, menolak persyaratan yang akan dirinya ajukan? Rencananya pasti akan gagal.

Kepalanya menoleh saat melihat siluet seseorang berdiri di balkon, tanpa sadar Alessa melangkah menuju balkon dan berhenti di bingkai pintu, ia menyadari sosok yang berdiri enam langkah di depannya adalah, Leo.

Alessa mematung menyadari kesalahannya menghampiri pria tersebut, ia tidak bisa berbalik untuk melangkah menjauh karena mungkin Leo akan menyadari kehadirannya. Alessa hanya bisa meremas kedua tangannya yang bertaut, dan melihat bagaimana tubuh pria itu berbalik menghadapnya.

"Alessa." Sapa Leo, suaranya terdengar terkejut sekaligus bahagia.

Oh, tentu saja, pria itu mendapatkan apa yang ia inginkan. Gerutu Alessa, di dalam hati.

"Mau apa?!" Pekik Alessa, gelagapan saat Leo berjalan mendekat, refleks dirinya perlahan melangkah mundur.

Leo menyeringai lebar. "Tentu saja, merayakan!" Tangannya masih terentang lebar di kedua sisi.

Alessa menggeleng keras, ia mengingat kembali kejadian di kamarnya yang membuatnya merinding sebal. "No!" Dengan, berjalan melewati Leo begitu saja.

Leo memutar tubuhnya. "Lo tau kan, soal perjodohan ini?" Tanyanya, menuntut.

Alessa mengangguk dan menggeleng bersamaan. "Gue baru tau, saat lo ada di kamar gue," jawabnya, melirik sekilas pria tersebut.

Napas Leo terengah-engah, ia ingin menarik perempuan itu ke dalam pelukannya dan mengatakan bahwa dia mencintainya-mencintai takdir yang mempertemukan mereka kembali. Perempuan itu sangat menawan dengan balutan dress merah darah yang melekat erat ditubuhnya, demi tuhan apa itu yang melingkari leher rampingnya? Mata hitamnya membulat kagum saat menyadari bahwa Alessa memakai kalung pemberiannya, perempuan itu benar-benar mampuh membuat hatinya berdebar kencang. "Alessa..."

"Ada hal yang harus gue omongin sama lo, soal perjodohan," Potong Alessa cepat.

Leo mengangguk kilat. "Ya, udah kita kembali ke ruang makan, untuk membahasnya bersama kedua orangtua kita,"

My Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang