My Beautiful Girl: 32

9.9K 376 2
                                    

Vote, please...

.

Leo duduk di mejanya, matanya tertuju pada layar komputer di depannya. Ruangan itu sunyi, kecuali suara jari-jarinya yang mengetuk keyboard. Di luar, matahari terbenam, memancarkan cahaya hangat melalui jendela.

6 tahun telah berlalu, kepergiaan Alessa yang berkuliah di Universitas Of Cambrigde, membuat kepribadinya berubah menjadi sosok pria yang tidak banyak bicara.

Suara ketukan mengalihkannya dari layar laptop, sekretarisnya terlihat dari balik pintu.

"Kenapa?" Tanya Leo pendek, matanya tidak pernah lepas dari layar laptop.

"Saya pamit pulang, pak."

Leo melirik ke arah jam yang tersimpan di atas meja kerja. Jam sudah menunjukan pukul 6 sore. "Silahkan."

"Terima kasih, pak."

Saat pintu tertutup, Leo mendesah pelan. Dia memutar kursi kerjanya ke arah jendela besar di belakangnya, matanya menatap langit sore menuju malam. Di kejauhan cahaya remang-remang dari lampu jalan mulai menyinari kota yang padat.

Leo menatap ponselnya, menunggu balasan dari Alessa yang selalu sibuk. Tunangannya tengah menyelesaikan program penempatannya di rumah sakit. Setelah dua tahun di tempatkan di rumah sakit yang berbeda, di tahun terakhirnya kini Alessa di tempatkan di salah satu rumah sakit di kota Peterborough, 12 jam dari kampusnya dan 12 jam perbedaan waktu di antara mereka.

Bila seperti ini, Leo pasti mengandalkan orang kepercayaannya yang dia kirim ke Inggris untuk mengawasi Alessa. Jemarinya mengetik sesuatu di layar ponsel, tak berselang lama Leo mendapatkan balasannya yang mengatakan rumah sakit akhir-akhir ini tengah sibuk.

Leo menggulum senyum kecut, merasakan perasaan rindu yang kian menumpuk hari demi hari.

Alessa benar-benar melarangnya mengunjunginya, awalnya semua orang terdekat mereka. Namun, nyatanya ada saja yang mengunjunginya. Kakaknya sering mengunjunginya secara diam-diam, begitu juga dengan yang lain. Alessa hanya bisa berkelit dia tidak bisa menolak karena mereka telah jauh-jauh mengunjunginya.

Suasana kantor yang sepi terasa begitu sunyi dan hampa. Tidak ada suara mesin fotokopi yang berisik, tidak ada suara keyboard yang diketik, dan tidak ada suara dialog ringan antar rekan kerja. Leo mempercepat langkahnya menuju lift, seperti hari kemarin dia selalu mendapat pesan kosong dari Alessa, membuat perasaan rindu sekaligus kesal kian membungbung.

***

Matahari menampakkan dirinya di sebelah barat di atas kota Peterborough yang menawan. Memancarkan cahaya hangat siang di atas jalan-jalan kuno. Suara lalu lintas yang ramai dan obrolan penduduk setempat memenuhi udara, menciptakan suasana yang hidup.

Alessa berjalan menuju rumah sakit di kota tersebut yang menjadi rumah sakit terakhir dia di tempatkan. Alessa tidak dapat menahan diri untuk tidak mengagumi keindahan arsitektur gedung-gedung di sekitarnya. Dinding bata tua dan detail fasad yang rumit merupakan bukti sejarah kota yang kaya. Alessa mencintai kota itu.

Ketika Alessa memasuki rumah sakit, dia disambut oleh aroma khas rumah sakit dan bunyi bip dari berbagai penjuru ruangan.

"Selamat pagi, Alessa ku sayang." Sapa Naya. Mereka sangat beruntung kembali di pertemukan, setelah dua tahun di tempatkan di rumah sakit yang berbeda.

Alessa tersenyum kecil, dia masih sibuk menyimpan barang-barangnya.

"Oh ya, dokter yang kemarin sama kamu nanyain lagi tuh."

"Jangan gitu lah, Nay."

"Whyy!!" Kata Naya bernada. "Dia tampan, hot daddy. Apalagi dia dokter spesialis." Naya tersenyum memikirkan dokter yang dirinya maksud, sangat tipenya.

My Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang