My Beautiful Girl : 03

20.5K 765 3
                                    

Vote, please...

.

"Leo..." Gumam perempuan itu terkejut sekaligus jijik, membuat Leo menyeringai kecil karena keterkejutan, namun perlahan seringainya berubah menjadi masam saat melihat ekspresi lain di wajah cantiknya. Jijik, ya Alessa selalu menatapnya jijik.

Leo ingat bahwa Alessa, selalu berjalan di antara dua perempuan yang cukup terkenal di club yang dirinya ketuai. Dia tidak ingat nama kedua temannya, tapi Leo ingat ekspresi wajah Alessa bila mereka tak sengaja berpapasan.

"Hay, nona cantik." sapa Leo, menetralkan suaranya agar tidak terdengar menggeram kesal.

"Lagi apa lo disini?" tanya Alessa, menatap tajam ke arah Leo dengan curiga.

Kesialan apa lagi yang membuatnya kembali harus bertemu dengan si konglomerat berotak dangkal di depannya. Alessa sudah menduga bahwa Leo akan menargetkannya. Tapi Alessa pikir setelah penolakannya di kafetaria kampus, pria itu akan mengerti. Tapi ternyata pria itu memang berotak dangkal. Atau, dia tidak menerima penolakkan. Sial, semuanya akan runyam. Dengus Alessa.

Kedua tangan Leo bertumpu di lengan sofa, mengangkat tubuhnya agar berdiri. Dengan cermat Alessa mengawasi gerak-gerik Leo yang kini berjalan ke arahnya. Leo berhenti beberapa langkah di depannya, tubuh jangkungnya tepat berdiri di depannya. Alessa bisa mencium colagen mahal pria itu, tidak— Alessa menggeleng kecil, tangannya tanpa sadar semakin memeluk erat nampan di depan dadanya.

Leo berdecak beberapa kali, seraya menggelengkan kepala. "Tatakrama pelayan yang buruk, Alessa." Protesnya.

Mulut Alessa terbuka hendak bersiap berdebat, namun ia tersadar akan kebenaran yang menamparnya. "Maaf," kepalanya tertunduk, ugh, Alessa benci ini.

Senyuman Leo kembali berbinar, saat mendengar permintaan maaf dari Alessa. "No problem," balas Leo, lalu memegang dagu Alessa yang mengerjap terkejut, mengangkatnya agar menatapnya. "Asal lo mau gue cium." lanjutnya cepat.

Alessa menepis tangan Leo dengan kasar, membuat pria itu meringis kesakitan.


"Anda salah orang. Saya di sini hanya mengantarkan pesanan. Disini..." Alessa menunjuk name tag di dadanya. "Pramusaji! Educate yourself." Geramnya dengan menatap nyalang ke arah Leo, yang mengerjapkan matanya sebagai bentuk keterkejutannya.

"What, gue bisa bayar..."

Kata kata Leo terpotong, saat suara tangan Alessa mendarat dengan mulus di pipi kanannya. Leo tidak melihat kecepatan tangan tersebut mengenai pipinya. Suara tamparan tersebut terdengar sangat jelas di ruangan tersebut, Leo mengerjap saat denyut nyeri menyebar di pipinya yang pasti telah berubah memerah.

"Gue gak butuh uang lo!" Teriak Alessa berjalan meninggalkan Leo.

Pria itu tengah mengusap pipinya dengan wajah tidak percaya. Seakan seseorang tidak pernah menamparnya, Alessa menyeringai kecil menyadari mungkin... Mungkin dirinya adalah perempuan pertama yang menamparnya dengan keras.

Seketika seringai puas Alessa luntur saat menyadari bahwa pintu di depannya tidak bisa di buka. Mulutnya ternganga tidak percaya, dia terus mencoba menarik gagang pintu agar terbuka. Hingga menimbulkan suara berisik yang di timbulkan oleh perbuatannya. "Buka pintunya!" teriak Alessa, entah kepada siapa.

My Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang