My Beautiful Girl : 31

9.2K 349 2
                                    

Vote, please...




.



10 TAHUN KEMUDIAN - MASA KINI

"Kamu sangat kejam!" Kata pemilik suara, yang sejak tadi hanya bisa mengangga tidak percaya. Dia harus beberapa kali mengerjapkan kedua matanya, agar bisa menemukan suaranya.

Kedua alis Alessa terangkat percaya diri. "Aku tahu dan terima kasih," jawabnya, sebelum meminum teh yang telah dingin.

Sedangkan 2 jam yang lalu, pertemuan mereka yang tidak disengaja terjadi.

"Maaf, miss..." Seorang pelayan terdengar bersalah, setelah tanpa sengaja menumpahkan segelas teh panas.

Sedangkan pemilik teh tersebut, mendesah sedih di kursi cafe.

"Tidak apa-apa.. Tidak apa-apa.." kata Alessa merunduk, menarik lengan pelayan tersebut agar tidak membersihkan kekacauan yang terjadi. Ini murni kesalahannya, dia tidak sengaja berjalan dibelakangnya.

Terdengar suara terkejut dari sang pelayan, sebelum mengangkat wajahnya untuk menatap Alessa yang juga terkejut melihatnya. "Alessa!" Pekiknya terkejut dan bahagia.

Alessa mengerjap, kebingungan. Ia kembali menatap cermat pelayan wanita didepannya, dia terlihat tidak asing baginya. Tiba-tiba bibirnya membulat terkejut, saat ingatan menghantamnya.

Gadis berambut panjang yang tertiup angin sore dengan pipi tirus merah karena tangis, itu Sena. Dia tidak bisa menemukan suaranya, untuk memanggil namanya.

"Astaga." Sena menariknya ke dalam pelukan yang sangat erat. Dia bergumam betapa beruntungnya, mereka bertemu.

Setelah lama mencari suaranya, akhirnya Alessa bisa bersuara di sela pelukkan hangat sahabat kecilnya. "Sena... " Katanya bernada rindu.

"Oh my god, kita harus..." Ucapnya terputus. "Tetapi aku harus menyelesaikan ini dulu..." Sena melepaskannya, dia berbalik menatap pengunjung cafe yang sejak tadi ia abaikan. "Signora... Aku minta maaf atas teh lavender milikmu, aku akan menyelesaikan ini semua."

Wanita tua itu mengibaskan tangannya, dengan wajah berseri-seri. Dia sangat tersentuh dengan apa yang terjadi didepan matanya.

Sena tersenyum lebar, berterima kasih atas kemurahan hatinya. "Galtero..."

"Yes, ma'am." Tidak ada satu detik, pria muda yang tampan menyahut. Saat melihat Alessa, matanya berkedip dengan menunjukkan senyum manis miliknya.

"Bisakah kamu membersihkan ini, dan berikan lagi signora Callista teh yang sama, dan... boboloni coklat."

"Tidak apa-apa, sayang. Kamu tidak perlu memberiku apa-apa." Komentar wanita bernama Callista.

Sena menggeleng. "Terima permintaan maafku, signora." Desahnya lembut. Ia lalu berjalan menjauh, menarik Alessa yang terdiam tidak mengerti akan bahasa yang mereka gunakan.

"Halo, signora Callista."

Dibelakang, Alessa bisa mendengar pria muda bernama Galtero mulai membersihkan meja dengan diselangi obrolan bernada gombal.

"Aku tidak percaya akan bertemu denganmu disini? Apa yang kau lakukan disini, Alessa?!" Cerca Sena, masih menariknya masuk ke dalam cafe.

Harum roti yang baru dipanggang, teh yang sedang di seduh dan berbagai macam harum kopi menyambutnya sesaat pintu cafe di dorong. Dan tidak terasa 2 jam telah berlalu.

"Itu bukan pujian! Sejak kapan kamu suka dipuji?!" Bibir Sena mencibik kejam. "Lanjutkan! Aku ingin mendengar kelanjutannya, aku harap kamu tidak menyakiti pria malang bernama Leo itu!"

My Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang