My Beautiful Girl : 11

15.4K 570 8
                                    

Vote, please...

.


Dengan perasaan yang berbunga—entah karena apa. Sepanjang perjalanan menuju unit apartementnya. Leo terus tersenyum lebar. Di dalam lift hanya terdengar suara sepatunya yang mengetuk-ngetuk lantai tidak sabar untuk bertemu dengan Alessa.

Tak berselang lama pintu lift terbuka, sebelum pintu tersebut benar-benar terbuka, Leo sudah lebih dulu keluar dengan bersenandung gembira.

Sesampainya di depan pintu kamar Alessa, Leo langsung mengetuknya dan pintu terbuka sedikit. Kecoak pun rasanya tak bisa masuk ke dalam celah pintu tersebut.

"Mana?" Tanya Alessa tangannya terulur keluar dari celah pintu.

Astaga, perempuan itu benar-benar gila. Tangannya terjepit di antara pintu dan kusen. Decak kagum Leo di dalam hati.

"Leo." Panggil Alessa. "Gue butuh itu cepet!" Lanjutnya menuntut.

Alis Leo terangkat heran sekaligus kesal. "Buka dulu pintunya!" Tuntut Leo, plastik berisi pembalut itu ia sembunyikan di belakang tubuhnya.

Di dalam Alessa berdecak protes dan mau tak mau, ia membuka pintu hanya selebar tubuhnya. "Mana?" Saat pandangan pria itu menatapnya, Alessa tanpa sadar memegang erat kenop pintu di baliknya.

Melihat Alessa yang terlihat acak-acakan namun indah untuk di pandang, rona pipi alaminya terlihat jelas di kulit wajahnya yang putih. Tanpa sadar Leo menelan ludahnya, karena merasa kepanasan. "Ini." Sodornya, yang langsung di rebut oleh Alessa dengan gerakan cepat. Dengan respon yang tanggap. Satu tangan Leo terangkat menahan pintu saat pintu akan tertutup kembali. "Makasih, doang?" tanyanya dengan nada kecewa yang di buat-buat. Leo menikmati bagaimana wajah perempuan itu berubah tegang.

Di dalam kamar sekuat tenaga Alessa menahan pintu agar tidak terbuka.

Sedangkan di luar, Leo tetap menahan pintu agar tetap terbuka dengan memberi sedikit dorongan. Ia bisa saja langsung mendorong pintu tersebut agar terbuka, dengan tenaga yang dia miliki. Namun, melihat wajah ketakutan Alessa di dalam sungguh menghiburnya.

"Jangan didorong!" Teriak Alessa mulai kewalahan.

"Gue cuma minta bayaran. Kenapa harus pintunya di tutup!" Jawab Leo, detik kemudian ia berhasil membuka pintu kamar perempuan itu.

Merasa terpojok, Alessa berjalan mundur ke arah tas slempangnya dengan gemetar ia mengambil uang pecahan lima puluh. Lalu kembali ke hadapan Leo yang kini tengah mengamati kamarnya—ralat kamar sementara miliknya.

Leo menatap uang dan Alessa bergantian, dia tidak butuh uang tersebut. Sebelum mulutnya terbuka perempuan itu langsung mendorong dadanya.

"Ini." Alessa mendorong tubuh Leo keluar dari pintu dengan susah payah. Akhirnya ia berhasil membuat pria itu keluar dari kamarnya dan segera menutup pintu sekaligus menguncinya.

"Makasih." Kata Leo dari luar, dengan gembira. Perempuan itu menyentuh dadanya, Alessa menyentuh dadanya—itu sentuhan fisik pertama mereka.

***

Pagi harinya, Leo terbangun dengan perasaan yang sangat baik. Semalam dia memikirkan sentuhan kecil Alessa pada tubuhnya, namun berdampak luar biasa bagi dirinya.

Getaran aneh menguasai jiwanya yang membuatnya selalu tersenyum tanpa sadar, sambil bersenandung. Leo meninggalkan kamarnya menuju dapur. Alessa selalu menyiapkan sarapan yang menggugah selera. Membuat dirinya yang tadinya tidak menyukai sesi sarapan, kini menyukai sarapan yang perempuan itu buat.

Melihat meja dapur yang kosong, Leo memelankan langkahnya, ia berbalik memutari ruangan yang terlihat belum di bersihkan.

"Alessa?" Panggilnya saat sadar bahwa Alessa belum membersihkan semuanya dan menyiapkan sarapan untuknya. "Alessa?" Panggil Leo lagi, berjalan menuju kamar perempuan itu yang tertutup.

My Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang