My Beautiful Girl : 19

16.1K 473 7
                                    

Vote, please...

.

Tubuh seorang wanita yang tertutupi selimut putih menggeliat malas. Tak menyadari bahwa matahari mulai menampakkan diri.

Livy tersentak bangun saat menyadari bahwa dirinya, benar-benar terlambat. Dia beringsut turun dari ranjang, namun detik kemudian suara tercekatnya terdengar dari mulutnya. Dan, Livy kembali terduduk di ranjang, tangannya sibuk menggapai selimut yang terlempar di sudut lain.

Napasnya memburu, tak kala ingatan semalam menghantam kepalanya. Livy berbalik untuk melihat bahwa sisi ranjang lain tempat tidur telah kosong. Sebelum menggedarkan pandangannya secara cermat ke setiap sudut, mencari sosok keberadaan suaminya.

Tak mendapati suaminya di kamar, Livy menghembuskan napas lega. Kenapa dia harus lupa bahwa semalam adalah malam terindah yang pernah dia alami?

Livy mengintip sedikit ke dalam selimut, menyadari bahwa dirinya benar-benar telanjang bulat. Saat melihat pakaian tidurnya berserakan di lantai, dia meringis kasihan melihat baju tidurnya terbelah menjadi dua, sedangkan celana pendek tidurnya masih terselamatkan.

Bergegas mengumpulkan pakaian yang masih bisa terpakai, Livy menutupi tubuhnya yang terdapat bercak merah disegala bagian atas tubuhnya dengan pakaian seadaanya. Dave tak akan marah bila dirinya menggunakan kemeja putihnya, untuk menutupi bagian atas tubuhnya. Karena sangat tidak mungkin dia keluar hanya menggunakan bra merah.

Livy akan membereskan kekacaun ini nanti. Saat melihat ranjang yang berantakan untuk terakhir kalinya, sebelum keluar dari kamar suaminya.

Suara gemerisik dari arah dapur menyapanya, Livy terdiam canggung sejenak. Berpikir untuk menyapa Dave yang sibuk membuat sarapan untuk dirinya sendiri atau langsung bergegas masuk ke kamarnya sendiri.

"Kamu sudah bangun? Apa tidurmu nyenyak?" Tanya Dave bruntun sambil berbalik menghadap Livy dengan tersenyum manis. Napasnya tiba-tiba menjadi berat saat melihat Livy menggunakan kemeja kerja miliknya, salah satu tangannya menggenggam pakaian semalam yang dirinya robek namun kini menghilang dibalik punggungnya.

Livy menyembunyikan bukti tindakkannya semalam.

"Ya, tidurku nyenyak. Bagaimana denganmu?" Tanya balik Livy. Berjalan mendekat ke arah meja bar dapur. Matanya sama sekali tak menatap Dave didepannya, karena mungkin dia akan semakin mengingat jelas bagaimana pria itu menatapnya intens.

Dave berdehem, mencoba mengalihkan perhatiannya yang tiba-tiba saja mengingat kejadian semalam. "Sama sepertimu. Mau teh?" Tawarnya.

Livy mengangguk singkat, kepalanya menoleh ke arah pintu kamar miliknya. "Rose belum bangun?"

"Belum." Jawab Dave, menghampiri meja bar setelah mengambil cangkir teh.

"Seharusnya kamu membangunkanku, kamu jadi repot harus menyiapkan sarapan sendiri..."

"Aku sengaja." Dave menyodorkan secangkir teh ke depan.

Livy tersenyum ke arah teh, alih-alih kepada suaminya yang memberikan teh tersebut. "Terima kasih." Gumamnya.

Dave menggenggam cangkir kopi miliknya sendiri. Matanya sibuk memandangi Livy didepannya yang tengah meniup pelan cangkir tehnya. Untuk kesekian kalinya dia kembali teringat. Bagaimana napas memburu wanita itu di ceruk lehernya kala mendapatkan pelepasan untuk yang kesekian kalinya pada malam itu, wajahnya yang merah merona dengan rakus mengisi paru-parunya. Livy sangat sempurna, berada di bawahnya.

My Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang