My Beautiful Girl : 30

12.6K 197 3
                                    

Vote, please...



.



"Ya, ampun gue lupa syal lo," ujar Mega, sembari menepuk keningnya.

Alessa menatap dirinya sendiri, dalam gaun malam berwarna sampayne yang membalut tubuhnya. "Gak usah gak papa," cegahnya, menarik tangan Mega agar tak kembali ke ruang ganti.

Mega menggeleng. "Nanti lo sakit, gaun lo model off-shoulder,"

Mau tak mau akhirnya, Alessa melepaskan Mega, meninggalkannya di lorong selatan rumahnya. Dari dalam ia bisa mendengar para tamu yang telah berkumpul, untuk acara penutup pertunangannya, makan malam bersama dengan kedua keluarga besar dan beberapa tamu lain yang di undang.

Beberapa jam yang lalu, acara pertunangan berakhir lancar. Lucy memberikan cincin warisan keluarganya padanya, sebagai bentuk ikatan. Sebuah cincin berhias batu safir berwarna hijau dengan butiran berlian yang mengelilinginya, Alessa sangat terpana akan cincin tersebut, mungkin semua orang yang hadir juga.

Alessa menahan napas menerimanya, ini... Terlalu berlebihan, bagaimana hubungan pertunangan mereka tidak sampai ke jenjang pernikahan. Ya, Alessa sudah mewanti-wanti bahwa Leo, mungkin akan menyerah pada tahun kedua dia kuliah.

Bagaimanapun, Leo adalah pria bebas dengan gejolak hasrat yang membara, meninggalkannya jauh beribu kilometer tanpa adanya simpanan seorang perempuan, rasanya akan sangat aneh.

Leo terlihat seperti pria sejati, datang bersama kedua orang tuanya untuk mengutarakan niat mengikatnya. Sejak itu, pria itu tidak pernah mengalihkan pandangannya darinya. Alessa selalu bertanya-tanya, apa dia terlihat mengerikan dengan pakaian kebaya.

Suara derap langkah kaki terdengar di lorong tersebut, Alessa merutuki kenapa hanya lorong tersebut yang harus dilewati, untuk sampai di gazebo. Alessa bersiap untuk menghilang, berjalan lima langkah ke depan dan pintu kaca ruang keluarga akhirnya terlihat, dengan itu ia bergegas bersembunyi.

Bersandar pada tembok di samping pintu, Alessa mendengar dengan seksama siapa tamu yang melewati lorong tersebut. Itu Dave dan Livy, beserta si kecil, Rose.

Alessa memejamkan mata saat suara tawa Rose terdengar, ia selalu sekuat tenaga untuk tidak menunjukkan rasa cemburunya, namun perasaan itu selalu mengkhianatinya. Tanpa sadar ia memutar cincin pertunangan di jari manisnya, menunggu suara keluarga bahagia itu menghilang.

"Alessa,"

Alessa terlonjak mendengar namanya disebut, dia membuka matanya untuk melihat siluet tubuh Leo berdiri dari duduknya di salah satu sofa.

"Leo," balasnya sekenannya.

"Ada yang salah dengan cincin itu, Alessa?" Tanya Leo, sembari berjalan di bawah remangnya ruangan menuju ke arahnya.

Alessa mengusap pelipisnya.

"Atau, sedang menghindari seseorang?" Tanya Leo lagi, berjalan lebih dekat ke arah perempuan yang telah menjadi tunangannya.

"Tidak,"

"Tidak untuk apa?"

Alessa mendelik tajam dari balik bulu matanya, untuk melihat Leo yang menatapnya intens, seperti saat dia memakai kebaya. Mata pria itu menari-menari diseluruh tubuhnya, dengan gerakan cepat ia menyilakan kedua tangannya di depan dadanya yang sedikit terbuka, sebagai bentuk protesnya.

My Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang