My Beautiful Girl : 05

19.3K 728 0
                                    

Vote, please...

.

Sesampainya di kampus, Alessa buru-buru masuk ke dalam kelas yang untungnya belum di mulai. Kedua sahabatnya yang satu kelas melambaikan tangan, menyuruhnya untuk duduk di samping mereka.

"Kenapa?" tanya Alessa yang heran karena kelas belum di mulai.

"Gak tahu, eh, tapi tau gak katanya bakal ada dosen baru cakep lagi." ceritanya dengan berapi-api.

Alessa beroh panjang, mulai mengeluarkan buku.

"Dosennya cowo?" tanya sahabat Alessa, satu lagi.

Sahabat yang tadi bercerita menggedikan bahu, tanda tak tahu.

"Ah, gimana sih lo." kesalnya meninju bahu sang perempuan.

Namun, tak lama dosen yang mereka tunggu akhirnya datang, dan memulai pembelajaran.
Setelah pelajaran berakhir, ketiganya bergegas untuk keluar dari kelas dengan wajah yang segar.

"Kantin?" tanya Gisel, sambil mereka berjalan menjauh.

"Cafe ajah yuk, adem dikit." Ajak Mega.

Alessa berdehem. "Bentar lagi juga ada kelas lain, kita ke kantin kampus aja." Usulnya, menolak halus ajakan Mega.

Mega menghelas napas dramatis, sedangkan Gisel tersenyum cerah karena Alessa berada di pihaknya.

Setelah menemukan tempat duduk di kafetaria, ketiganya berpencar memilih makanan dan kembali berkumpul di meja yang tadi sudah mereka tandai. Saat sedang asik bergurau sambil menghabiskan makanan yang mereka bertiga beli, tak lama datang gerombolan mahasiswa famous membuat perhatian seisi kafetaria tersedot dengan cepat.

Leo berjalan dengan bergumam tidak jelas dengan salah satu temannya, David yang tengah serius mendengarkan.

Alessa mendengus tanpa sadar, saat Leo melewati jajaran bangku dirinya duduk bersama kedua sahabatnya.

Dari sudut matanya Leo tahu bahwa Alessa pasti memperhatikannya dengan ekspresi jengah di wajahnya yang cantik. Duganya, benar. Mata perempuan itu menatapnya malas namun tajam, samar dia mengedipkan matanya pada Alessa yang kini sibuk terperangah, membuatnya menggulum senyum.

"Keren ya, mereka." Kata Mega, yang memang dari dulu selalu memuji geng konglomerat tersebut.

Alessa mengatupkan bibirnya tersadar dari rasa terkejutnya dan kembali menjadi acuh tak acuh, saat Mega terus berbisik memuji geng yang diketuai Leo dan beranggotakan, David, Ogay dan Vino-sejauh itu yang dirinya tahu.

"Diantara mereka yang cakep menurut gue Leo, deh. Bukan hanya mukanya ajah, yang cakep duitnya juga banyak." seloroh Gisel ikut nimbrung, namun wajahnya terlihat tidak tertarik.

"Vino, sih. Gue kan suka yang bule." Kikik Mega genit. Meg kembali melanjutkan, sebelum kedua sahabatnya memotong. "Eh, Vino kan bos lo ya, Sa?" tanya Mega untuk kesekian kalinya.

Alessa mengangguk sambil memainkan ponselnya, mendengar nama bosnya disebut ia ingin sekali mencabik muka Vino yang telah menipunya tadi malam. Vino tahu Alessa tidak menyukai temannya itu, tapi masih saja menyuruhnya untuk menemuinya.

Mendengar tak ada suara lagi dari kedua temannya, Alessa mengangkat wajahnya penasaran. Dan, benar saja kini Vino, bosnya telah berdiri di depan meja mereka bertiga dengan tersenyum ramah.

"Sa, gue mau ngomong." Ucap Vino, setelah beberapa detik menatap Alessa yang terlihat malas bertemu dengannya. Dia mengalihkan tatapannya pada perempuan yang ia ketahui bernama Gisel, matanya tidak berkedip saat melihatnya.

My Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang