My Beautiful Girl : 22

12K 407 9
                                    

Vote, please...

.


Saat pintu lift tertutup, Alessa dan Dave terdiam dalam kecanggungan. Tak ada yang membuka pembicaraan lebih dulu, hingga diam-diam Alessa melirik ke arah pria disampingnya, lalu turun melihat gantungan pernak-pernik di tas kerja pria itu.

Alessa berdehem pelan, mengangkat pandangannya. "Aku suka pernak-pernik itu." Dengan tersenyum kakuk.

Dave memalingkan wajah menatap Alessa, lalu melihat kearah pernak-pernik di tas miliknya. "Livy yang membuatnya." Jawabnya.

"Sudah ku duga." Alessa mencoba yang terbaik agar suaranya tidak terdengar cemburu. Dave sudah milik orang lain. "Kamu mencintainya, Dave?" Tanya Alessa tiba-tiba.

Dua menit keheningan menerjang, Dave menelan ludah dengan susah payah, dia bisa berbohong pada orang lain tapi tidak dengan Alessa. Gadis itu tahu segalanya tentang dirinya. "Ya." Jawabnya singkat.

Bila suara patah hati bisa terdengar, mungkin suara hati Alessa akan terdengar sangat keras, memekang telinga semua orang hingga berdarah.

Alih-alih menunjukkan rasa tidak sukanya, Alessa mengangkat wajahnya untuk menyadari bahwa Dave tengah menatapnya. "Sebesar cintamu padaku, dulu?" Mungkin, Alessa telah gila, menanyakan sesuatu yang salah pada suami orang.

Alessa membenci dirinya sendiri. Sebesar dia membenci fakta, bahwa dia tidak bisa melepaskannya seperti pria itu melepaskannya.

Dave meneliti ekspresi pada wajah gadis disampingnya, tidak ada ekspresi pada wajahnya. Hingga dia yakin, gadis itu pasti sangat terluka hingga tidak tahu ekspresi mana lagi yang harus ditunjukkan.

Suara denting lift dan terbukanya pintu lift, menandakan bahwa sesi tanya jawab itu berakhir. Dave yang pertama keluar dari lift disusul oleh Alessaz. Dan, berhenti tepat di depan pintu apartement pria tersebut.

Dave melirik Alessa yang terlihat tidak nyaman saat pintu perlahan terbuka, suasana hangat apartement menyambut mereka.

***

Pantulan wajah Livy yang sedang menatap dua sikat gigi pada gelas penyimpanan. Wajahnya terlihat sangat bahagia memandanginya. Hanya melihat benda tersebut membuat wanita itu seakan menjadi perempuan yang paling beruntung.

Akhirnya, mereka saling berbagi. Setelah hampir 2 tahun hidup bersama bagai orang asing. Sudah dua hari mereka saling berbagi tempat tidur, kamar mandi dan lemari pakaian.

Tarikan pada celana yang ia kenakan menyadarkannya dari lamunan. Rose berdiri disamping sang ibu, menggenggam celananya. Tangan kecilnya menunjuk keluar memberi isyarat akan kehadiran seseorang.

Livy mengerjap bahwa Dave mungkin telah pulang. Ia lalu mengangkat Rose ke dalam gendongannya.

Mereka lalu keluar dari kamar mandi, dan kamar utama menuju ruang tv. Apa rencana suaminya telah berhasil, mengantar Alessa pulang?

Memang senyum terbaik, saat melihat suaminya yang berdiri di ruangan. Namuan detik kemudian senyumannya luntur saat melihat Alessa berdiri di belakangnya juga. Apa yang mereka rencanakan, berpamitan padanya atau...

Dave berjalan menuju Livy yang terdiam, mencium keningnya untuk mengalihkan pandangan sang istri. "Alessa akan pulang ke rumahnya." Bisiknya. Tersenyum lembut tak kala mendapat tatapan tak percaya dari Livy.

My Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang