My Beautiful Girl : 34

Mulai dari awal
                                    

"Leo, maafkan aku..." Leo dengan patuh mengatupkan bibirnya, memberi ruang untuk wanita itu mengatakan perasaannya. "Maafkan aku karena selama ini, aku selalu meragukanmu. Aku membencimu karena membuatku merasa tidak menentu. Aku takut saat aku mencintaimu, dan kamu mengambil apa yang selama ini kamu inginkan dan ku jaga, kamu... Kamu meninggalkanku,"

Bagaimana Alessa bisa menjelaskan isi hatinya, sedangkan dirinya pun tidak mengerti apa yang dirinya inginkan. Leo istimewa baginya. Tapi, dia takut pria itu mencampakannya.

Leo terdiam sesaat, matanya terkunci pada wanita itu yang terlihat gugup dalam menyampaikan perasaanya. Ia mengerti apa yang di katakannya, itu murni dari isi hatinya. Alessa memang pantas meragukannya selama ini. Wanita itu terlalu murni untuknya yang penuh keinginan kotor.

Alessa terlihat khawatir. "Leo, katakan sesuatu?" Pintanya memecah keheningan. Ia merubah posisinya menjadi duduk, jemarinya menarik tangan pria itu dan menggenggamnya erat.

Pandangannya jatuh pada tangan mereka yang saling bertaut. Leo tersenyum kecil, balik menggengam tangan wanita itu yang terlihat seperti hendak menangis. "You know what you are?" Matanya menatap lamat wajah wanita di depannya.

Dia sempurna baginya. Alessa adalah wanita terbaik baginya. Dia jatuh cinta padanya, tenggelam dalam mata sehitam arangnya, hidungnya yang kecil, dan bibirnya. Part favoritnya, dalam sisa hidupnya dia akan selalu mengecup bibir itu.

Alessa menggeleng. Namun, pria itu tidak kunjung melanjutkan ucapannya. Ia lalu membuka mulutnya, memaksa suaranya keluar dari tenggorokannya yang terasa kering. "What am i?"

Leo tersenyum. "You're my girl... My beautiful girl and last... You're my wife."

"Oh, Leo..." Alessa mendesah sedih.

"Hey? Why, ada yang salah?" Leo menangkup salah satu pipi Alessa, mengusapnya dengan lembut. "Please, jangan menangis. Aku benci melihatmu menangis..."

"Perkataanmu membuatku menjadi manusia jahat," Alessa mencoba mengendalikan emosinya, tapi sulitnya bukan main. "Selama ini aku jahat padamu, aku ingin membuatmu kesal dan marah karena sikapku. Lalu, Vino. Aku menyuruhnya untuk membuatmu mabuk dan akhirnya kamu akan kembali pada sikapmu yang semula." Alessa menarik napas. "Aku membencimu, karena kamu begitu sabar menungguku."

Leo menatap Alessa lekat-lekat, detik kemudian seringainya muncul. "Aku tahu."

"Apa?" Suara Alessa serak.

"Aku tahu apa yang selama ini kamu perbuat. Kamu ingin aku menyerah dengan membuatku kesal, muak, marah dan murka." Leo mengusap kedua sudut mata Alessa. "—Vino tidak mengatakan apapun. Sejak lama aku menyadarinya, kalau kamu akan berubah menjadi gadis yang menyebalkan."

Alessa merasa ditendang di perut. "Yah, itu..."

"Itu apa?"

Tanpa di duga Alessa memeluk Leo dengan sangat erat. Ia bisa merasakan tubuh pria itu menegang namun berangsur membalas pelukannya tak kalah erat. "Senang rasanya kamu menahan segalanya." Bisiknya di sela pelukkan mereka.

Leo tersenyum lebar. "Senang rasanya kamu mengatakan semuanya." Ia menundukkan kepalanya, mencium pundak telanjang Alessa.

Kebahagiaan menyebar di sekujur tubuh Alessa.

"Berhenti mengkhawatirkan masa lalu, Alessa." Leo menjauhkan Alessa.

Alessa mengangguk. Leo benar. Ia perlu berhenti memikirkan masa lalu, dan ia perlu berhenti menganggap momen ini takkan bertahan lama seperti dugaanya. Mereka telah menikah. Leo kini adalah suaminya.

My Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang