28 - Romi lagi

3.3K 289 7
                                    

"IYA, Dela. Gue juga senang banget bisa ketemu lo." kekeh Rima memegang kedua tangan Dela.

Dela tersenyum hangat, "Lo pernah bilang, kalau lo punya abang kembar, kan? Mana dia? Gue mau kenalan. Masa gue nginap di sini gak izin sama tuan rumah."

Rima merengut. "Gue kan juga tuan rumah," Ada jeda, "Tuh, di dalem. Kemarin dia ke Jakarta, sih..."

Lily segera bangkit dari duduknya, untuk memanggil lelaki yang katanya merupakan abang kembar Rima itu.

"Romi! Keluar dong, ada tamu." teriak Rima menggema ke segala sudut ruangan.

Dela sontak mengernyitkan dahinya, sekaligus membuka mulutnya tak percaya.

Romi? Romi yang mana? Romi yang itu?!

Seorang bernama Romi itu segera keluar dari kamarnya, menembus tirai yang menggantung di ambang pintu kamarnya.

Sama dengan ekspresi Dela, Romi pun membelalakkan matanya tak percaya. Dela? Itu Dela pacarnya Fadel, kan? Apa yang dia lakukan di sini?!

"De-la?!" tanpa disadari, satu kalimat itu keluar dari mulutnya.

Dela hanya diam, dengan pelan-pelan merogoh sakunya.

"Maaf, ganggu kamu." ujar Dela berusaha tetap tenang.

Romi tersenyum, "It's okay."

Rima yang tak mengerti dengan suasana ini, hanya bisa membentuk garis di keningnya. "Ehm, kalau gitu… lo tidurnya di sebelah kamar gue ya, Del."

Dela mengangguk, lalu berjalan mengikuti langkah Rima menuju kamar yang ia maksud.

Dela buru-buru nge-cek hapenya, barangkali ada pesan dari lelaki itu.

CFadel
* Dela kamu dimana?
* Del jgn buat aku cemas plis
* Maafin aku, tadi Mei kecelakaan aku hrs anterin Cinta ke RS
* Jangan bawa mobil sendiri nanti nabrak
* Kamu dimana sih?!
* Maafin aku ya:(
* Del aku nyusul. Lewat GPS hp kamu, jangan matiin hp kamu ya

Dela terdiam kaku. Mei kecelakaan? Mei yang mana? Uh, dasar bodoh! Tentu saja, Mei yang itu. Jangan bodoh, Dela.

Dari melihat waktu, pastinya Fadel udah sampai sekarang.

Dela memejamkan matanya. Sungguh, ada jutaan rasa bersalah kepada lelaki itu, tapi ada milyaran rasa pedih terhadap perlakuannya tadi.

Dela segera membuka kontak Toni, pasti lelaki itu tau soal Mei.

"Nomor yang anda tuju, sedang tidak ak--

"Bangsat!" maki Dela sambil menekan tombol cancel dengan penuh kekesalan.

"Atau... aku telepon Cinta aja?" Dela memeluk hapenya, menenggelamkannya di dada.

Ia ingat, nomor Cinta ada di hapenya karena gadis itu sering mengganggu Fadel. Maka, Dela mencoba menyimpan nomor gadis itu dengan diam-diam.

Tit. Tit. Tit.

Nada sambung itu cukup lama berputar di nada yang sama.

"Hall--

"Cinta? Ini Cinta?! Cinta, ini Dela!" ujar Dela setengah berteriak, karena dia sadar kini dia tengah berada di rumah orang.

"Kak Dela ngap--

"Mei kecelakaan?" tanya Dela histeris. Cinta menghela napasnya, dan itu dapat didengar Dela dari sini.

"Iya, Kak." lirih Cinta.

Air mata Dela jatuh.

"Fadel di mana, Cin?" tanya Dela, yang tanpa ia sadari menyentak hati gadis di seberang sana.

"Bang Fadel pergi, Kak. Entah kemana."

'DELA!'

Dela terdiam, membiarkan keheningan bersarang, memastikan apakah suara barusan akan terdengar lagi.

"Dela, aku di luar!" teriak Fadel mengetuk pintu.
Dela segera keluar dari kamar, begitu pula dengan Rima dan Romi.

"Pacarmu ke sini, hm?" tanya Romi menyeringai sambil bersedekap dada.

"Fadel?" Mata Rima berseri-seri.

Dela berlari memutar dua kali kunci yang menancap di lubang kunci, lalu segera menabrak Fadel dengan pelukannya.

Romi yang melihat itu, jujur saja merasa panas.

"Kenapa, Del?" tanya Fadel mengusap rambut Dela, mencoba menenangkan gadisnya.

"Mei... itu bener, Del?"

Fadel menghela napasnya, lalu mengangguk. "Dela, bisa kita pulang?"

Dela memandang ke arah Rima dan Romi yang tengah menonton mereka. Buru-buru, Dela melepaskan pelukannya dan menyeka air matanya.

"Rim, gue tau ini mendadak. Tapi, sahabat gue lagi kena musibah," Dela mencoba menerangkan. "Mungkin, gue nginap bukan hari ini."

Rima hanya tersenyum, "Salah gue juga sih, maksa lo ke sini dari kemarin."

*

Feelnya gak dapet? Setuju bgt. Aku gak niat banget nget nget lanjut ini. Tapii aku pun sayang ke readers yang nungguin:"

FADELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang