11 - Seni Seviyorum

4.8K 350 29
                                    

"So, gimana?" ulang Fadel duduk di tepian kasur karena Dela sedaritadi memang menguasai kasurnya. Snack Fadel di telan semua, tempat tidur Fadel jadi berantakan, apalagi TV daritadi yang gak mati-mati. Padahal kini sudah siang. Untung saja, Fadel orangnya sabar dan termasuk cowok baik-baik. Gak suka marah sama cewek, gak mau ngeliatin amarah di depan Dela. Duh, idaman banget, kan?

"Yaudah, jam berapa dulu?" tanya Dela akhirnya. Fadel tersenyum senang.

"Jam delapan. Gak papa, nih?"

"Yah, tadi kan kamu yang minta," kata Dela memutar kedua bola matanya malas. Fadel menyeringai.

"Yaudah, yaudah... Aku mau ke rumah Toni dulu, ya," ujar Fadel bangkit dari tepian kasur lalu mengambil jaketnya yang tergantung di gagang pintu lemarinya. Dela melirik kearah Fadel yang sibuk sendiri.

"Kenapa? Mau ikut?" tanya Fadel sembari membuka plastik minyak rambutnya yang masih baru.

Dela menggelengkan kepalanya lalu kembali menatap lurus ke arah TV. Fadel tersenyum ringan.

"Aku pergi dulu."

Pintu tertutup cukup keras. Dela merasakan hening yang mengisi ruangan ini tiba dengan lancangnya. Kenapa Fadel tiba-tiba mengajaknya pergi ke Festival Bulan Purnama? Itu kan, buat sepasang kekasih.

Ah, jangan-jangan Fadel memiliki perasaan terpendam kepada Dela?! Ah, gak, kok. Gak mungkin! Berpikir apa sih, Dela?

***

"Lo sama Dela mau ke Festival Bulan Purnama? Tai memang," oceh Toni. Fadel menyeringai.

"Lah, kenapa emangnya? Iri lo?"

"Bukannya iri. Lo tadi ngajak gue ke sana juga, kan? Buat jadi obat nyamuk?" tanya Toni menoyor kepala Fadel yang duduk di ujung kasurnya, sementara ia duduk di atas kasur.

Fadel hanya meringis sambil memandang tajam ke arah penoyor barusan. "Ya enggak, dong. Maksud gue, kita double date lagi. Lo bareng Mei, gue bareng Dela."

Toni terdiam. Berpikir sejenak. Memang sih, dalam minggu ini kepalanya selalu di penuhi nama gadis itu. Tapi, memangnya Mei mau ikut kali ini? Cuma berdua sama Toni?

Kalau kayak kemarin sih, gak keliatan banget nge-datenya. Bah, kalau sekarang? Semua orang juga tau Festival itu biasa didatangi oleh sepasang kekasih muda yang baru saja jadian. Nanti, Mei malah berpikir kalau Toni itu kebelet pacaran lagi. Gak keren banget, kan? Di mana-mana juga, yang namanya pacaran itu harus PDKT agak sebulan atau dua bulan. Ini masa langsung ajak ke festival aja? Blak-blakan banget kesannya, deng.

"Gimana?" kata Fadel membuyarkan lamunan Toni. Toni menggaruk kepalanya dengan kasar.

"Masa sih, gue langsung ajak dia ke sana? Berasa kayak kencan banget. Gengsilah gue, Goblok," ujar Toni.

"Alah, gengsi apaan. Mei itu kan cantik, keburu diambil cowok lain. Lo harus tau selera cewek tuh gimana," ucap Fadel panjang lebar yang sudah seperti ahlinya aja. Toni mengernyitkan dahi.

"Emangnya, selera cewek tuh gimana?"

"Selera cewek tuh ya, suka yang berbau romantis. Makanya lo coba aja dulu nanti. Mana tau, lampu merah yang berjajar rapi di atas sepanjang pagar festival nanti bisa buat suasana lo dan Mei mencair," kekeh Fadel. Toni mangut-mangut.

"Mencair maksud lo?"

"Entah. Pokoknya itu, deh," ujar Fadel. Toni mengangguk.

"Berarti nanti kita ber-empat harus barengan ya kan, jalannya?" tanya Toni lagi.

FADELAWhere stories live. Discover now