5 - "Diam. Kau itu Cantik."

6.6K 437 19
                                    

"EH, dia kayaknya punya perasaan lebih deh ke Tante Kinta," ucap Fadel ketika melihat mobil Om Aldo tersebut udah melaju pergi.

Dela hanya diam tanpa respon.

"Woi? Baik-baik aja, kan?" sambung Fadel mengusik lamunan Dela dengan melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Dela.

"Ah, sori..." ujar Dela mengucek matanya. "Kamu bilang apa barusan?"

"Nothing." jawab Fadel berjalan menuju tangga ingin ke kamar meninggalkan gadis tersebut.

"Woi, langsung pergi aja! Jawab dulu!" teriak Dela dari lantai bawah.

"Bodo!" teriak Fadel.

Fadel segera memasuki kamarnya dan mengambil baju basketnya. Dia lupa, hari ini jam tiga sore ada latihan buat pertandingan bulan depan. Duh, pasti dia bisa mampus kena marah sama Pak Reon.

"Eh, mau ke mana?" tanya Dela ketika Fadel keluar dari kamarnya, saat itu Dela ingin masuk ke kamarnya.

"Ke sekolah. Udah, ah! Bacot," jawab Fadel ketus sembari memasang ranselnya. Dela mengernyitkan dahi.

"Ngapain ke sekolah? Pulang jam berapa nanti?" teriak Dela ketika Fadel berlari menuruni tangga.

"Jam enam!" jawab Fadel.

Setelah menuruni tangga dan keluar dari rumah, Fadel buru-buru memasuki mobilnya untuk pergi ke sekolah. Jangan salah, walaupun dia masih kelas 2 SMA, tapi bukan berarti dia masih belum bisa nyetir. Dia udah bisa, dan udah punya mobil sendiri. Hebat kan? The power of anak tunggal yah gitu.

***

DELA sedaritadi memaksa matanya untuk tidur siang, tetapi tetap tak bisa. Dia emang tak terbiasa tidur siang, jadi mau dipaksa bagaimana pun, pastinya takkan bisa.

Pikirannya terus membayang ke ucapan Om Aldo tadi. Yah, pasti enak jadi anak Om Aldo. Punya ayah yang perhatian. Rela meluangkan waktu untuk anaknya. Tak seperti mamanya. Dela bahkan udah mati menanggung rindu, tapi Mama tak pernah peduli.

Iya, dia tak peduli! Ibu macam apa yang begitu?

"Non, ada tamu," ujar si Mbok dari balik pintu. Dela mengernyitkan dahi.

"Siapa, Mbok?"

"Aduh, Mbok kurang tau, Non. Liat aja dulu." lanjut si Mbok.

Dela berdecak kesal seraya bangkit dari kasurnya dengan malas. Siapa lagi sih, yang tega ngusik waktu istirahatnya?

"Halloha!" kejut Mei ketika Dela membuka pintu kamar.

"Gak kaget!" ejek Dela memeletkan lidahnya. Mei cemberut.

"Kamu lagi apa, sih?" tanya Mei menyelonong masuk ke kamar Dela. Dela hanya menaikkan bahu.

"DELA SI CEWEK DINGIN! DELA DI CEWEK SOK PINTER!" teriak Mei sembari menghempaskan tubuhnya ke kasur Dela. Dela hanya menatap Mei dengan tatapan kasihan terhadap gangguan jiwa yang Mei miliki.

"Aku bingung tau gak, Mei..." gumam Dela menutup matanya dengan telapak tangan, bukan jari tangan.

"Kenapa?" tanya Mei.

"Tiba-tiba, aku kangen Papa." sahut Dela. Mei terdiam. Mei emang udah tau semua masalah dalam hidup Dela dari A sampai Z. Dari yang kecil sampai yang besar. Dari yang tinggi sampai yang pendek. Yang panjang, yang lebar, Mei sudah tahu semuanya, termasuk masalah keluarga Dela.

"Kamu kan bisa ngunjungin Om Edo. Om Edo kan, selalu bujuk kamu buat ketemu sama dia. Kamunya aja yang bingal dan tetep ngikutin perintah Tante Kinta." ujar Mei. Dela mengangguk, mendengarkan kebawelan sahabatnya yang mulai kumat.

FADELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang