3 - Hari Pertama Satu Rumah

8K 535 47
                                    

Dela's POV

Aku berdecak kesal di atas tempat tidur sembari mengotak-atik hapeku. Dia bener-bener udah mindahin foto aku ke hapenya lewat socmed! Harusnya tadi aku cek dulu hapenya sebelum dikasih ke dia.

Yah, walaupun kami saling gak suka, tapi kami tetap temenan di socmed. Lagian juga penting, karena dia Ketua Kelas. Kalau aku gak hadir, tinggal izin ke dia.

Dan ternyata, si Fadel itu adalah anak laki-laki dari Tante Lara dan Om Roy. Aku gak pernah tau kalau Tante Lara dan Om Roy adalah pemilik rumah di depan rumahku. Soalnya, Om Roy selalu ada tugas di luar kota, aku pun gak pernah mau tau soal orang di sekelilingku. Tetangga yang cuma aku tau adalah si Fadel, soalnya kan dia sekelas sama aku. Dia juga temen aku berantem sehari-hari.

Musik yang kuhidupkan keras-keras di kamar ini kuanggap sebagai cerminan kekesalanku buat hari ini. Enggak, maksudnya buat si Fadel! Males banget liat dia.

"Non, makan dulu." ucap si Mbok mengetuk pintu kamarku dua kali. Suaranya nyaris tak dapat kudengar, suaranya kecil dan slow banget.

"Eh, iya, Mbok. Maaf lupa ..." jawabku berjalan menuju pintu. "Eh, musik lupa matiin." gumamku.

"WOI!"

Aku mengernyitkan dahi. Siapa yang suaranya keras banget di luar sana? Apa lagi, aku ngerasa kalau suara itu memanggilku. Tapi, siapa?

"WOI, DELAA!"

Tuh, kan.

Aku berjalan menuju balkon kamarku untuk melihat siapa yang memanggil. Dan ternyata cowok berbaju hijau tua dengan celana pendek selutut bernama Fadel sialan tersebut yang memanggil! Ah, mau apa lagi dia? Gara-gara tukaran hape tadi, aku sama dia jadi berbelit di dalam masalah yang makin panjang. Apalagi dia bakal tinggal dirumahku buat 3 bulan.

Biasanya kan, kami cuma berantem biasa, ejek-ejekan, saling berlomba untuk membuat iri dengan mencari perhatian guru, dsb. Lah, sekarang? Kayaknya masalah bakal makin panjang karena dia bakal tinggal di rumahku buat 3 bulan.

"Apa sih? Ribut!" ujarku melipat kedua tanganku kesal. Fadel menyeringai.

"Emangna kalau aku manggil pakai telepon, kamu bakal ngangkat? Gak, kan?" kata Fadel. Yah, balkon kamar kami gak berjauhan jaraknya. Malahan dekat banget. Jadi,gak perlu teriak buat bicara. Rumah kami itu kayak dempetan, walaupun pribadi.

"Mau ngapain?"

"Tadi Bunda nelepon." jawab Fadel seraya meminggirkan poninya yang menjuntai ke dahi. Dapat kutebak dia sedang gak pakai minyak rambut, makanya rambutnya jadi susah diatur.

"Ya, terus?"

"Kata Bunda, aku pindahnya besok, bukan 3 hari lagi." lanjut Fadel dengan nada slow. Aku membelalakkan mata.

"Hah?! Kok besok?"

"Lah, kenapa emangnya? Siapin aja kamarnya" ujar Fadel bersandar ke dinding.

Aku berdecak sebal. Kenapa dipercepat? Dengar kalau dia pindah 3 hari lagi aja aku udah stres, apa lagi dengar kalau ternyata jadinya besok. Ahh, bikin suasana makin jelek aja!

"Non, makanannya keburu dingin loh ..." teriak si Mbok dari ambang pintu kamarku.

"Eh, iya, Mbok.." jawabku. "Aku mau masuk dulu."

Fadel mengangguk sambil nyengir kuda.

Hh, kok besok?!

Kamar yang cocok cuma kamar disebelah kamarku. Apa itu aja?


🌹


FADELAWhere stories live. Discover now