1- Pentas Drama (lagi) ?

11.7K 684 47
                                    

"APA sih? Aku gak nyontek! Aku cuma ngambil pena yang jatuh," ucap Fadel sembari memutar kedua bola matanya sebal. Dela terus memandanginya dengan sarkastis sambil menutupi lembar jawabannya dengan tangannya.

"Maling mana ada yang mau ngaku." ujar Dela memalingkan wajahnya dengan nada menyindir. Fadel hanya menahan emosi yang ingin segera ia ledakkan ke gadis menyebalkan ini.

"Lagian jawaban kamu belum tentu betul, kan?" balas Fadel duduk kembali ke kursinya.

"Aku belum pernah salah kalau ulangan MTK!" kata Dela terkekeh angkuh tanpa melihat ke arah Fadel. Fadel hanya mendengus kesal.

Oke, mungkin Fadeela lebih pintar dibanding Fadel kalau di pelajaran matematika. Tapi, kalau di pelajaran bahasa inggris? Dela sering banget dapat godok hangus dan Fadel sering banget dapat nilai Excellent.

Dela membalikkan lembar jawabannya. Pena bertinta biru nya ia tutup. Matanya mulai beralih keluar jendela sebagai penangkal bosan. Hujan lagi-lagi turun. Emangnya apa yang bisa dibawa oleh hujan? Guntur. Kilat. Ribut. Angin. Hm, menyebalkan banget kalau menurut Dela.

Drrt. Drrt.

"Eh, aku permisi, ya?" bisik Dela berbalik ke belakang, ke Fadel.

Fadel menyeringai sambil melipat kedua tangannya angkuh. "Ke mana?"

"Ke WC! Jangan banyak tanya." ucap Dela berlari keluar dari kelas.

Fadel kan Ketua Kelas, makanya harus izin sama dia. Apa lagi, gurunya ada masalah mendadak tadi, jadi alih kelas Fadel yang megang.

Dela berlari menuju WC seraya merogoh hapenya yang bergetar sedaritadi. Kayaknya telepon, tapi dari siapa? Ini kan, jam sekolah! Kok seenak jidatnya aja buat nelepon?

Dela terdiam sejenak ketika melihat nama yang tertera dilayar hapenya. Bimbang, akan diangkat atau tidak.

"Kenapa, Ma?" tanya Dela dingin. Seorang mama di seberang sana tak memberi ucapan melepas kerinduan atau semacamnya. Padahal udah sekitar tiga bulan tanpa bertatap muka. Tanpa berbalas kata. Tanpa berbalas pesan.

"Bisa tolong jangan ungkit masalah kita sekarang, Sayang? Mama cuma mau nyampaikan sesuatu yang penting," jawab Kinta, Mama Dela. Walau udah ribuan kali mamanya meminta maaf, namun hati Dela tak pernah mau terbuka untuk mamanya sendiri.

Kinta selalu sibuk dengan urusan nya dalam pekerjaan. Karena itu lah, Papa bercerai dari Mama. Dan karena itu lah, Dela membenci Mama.

"Dela?" imbau Mama membuyarkan lamunan Dela.

"Urusan penting apa?"

"Kamu ingat Tante Lara? Teman mama sejak SMA yang pernah mama kenalkan ke kamu,"

"Ya, terus?"

"Tante Lara dan Om Roy akan pergi ke luar kota selama tiga bulan karena ada masalah bisnis. Jadi, anak tunggalnya terpaksa dia titipkan ke mama." ujar Mama panjang lebar membuat Dela setengah tak mengerti. Bukankah Mama tinggal di Singapura? Kenapa anak semata wayang Tante Lara malah dititip ke Mama? Bukankah Mama orang yang sibuk?

"Lalu?" ucap Dela.

"Mama gak mungkin bisa, karena Mama bakal di Singapura sampai bulan Maret," kata Mama lagi. "Makanya, Mama minta agar anak Tante Lara tinggal di rumah kita. Di sana kan ada kamu, si Mbok, Pak Carsuki dan yang lainnya. Lagian, anak laki-laki Tante Lara gakkan macam-macam kok. Dia anak baik, mana mungkin ngelakuin yang gak mungkin."

"Oh. Aku ada kelas, udah dulu ya, Ma." sahut Dela memutuskan teleponnya.

Anak Tante Lara malah dibiarkan tinggal di rumah mereka? Sebenarnya, Dela gak setuju banget. Tapi, mau gimana? Gak mungkin dia melawan ucapan Mama. Walaupun Dela benci Mama, tapi dia tak pernah berani melawan secara terang-terangan.
Kalau anaknya cewek sih gak masalah, tapi ini cowok. Anak tante Lara itu cowok! Dan sebaya dengan Dela.

FADELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang