7 - Masalah Keluarga

5.7K 392 29
                                    

"Dr. Edo itu Papaku."

Fadel membelalakkan matanya tak percaya. Tapi wajar, semua ini karena dia memang tak pernah jumpa dengan Papa Dela. Dan ternyata, dokter selama ini yang selalu memeriksa kondisinya adalah Papa Dela.

"Tapi, penyakit kamu apa?" tanya Dela mengangkat kepalanya. Fadel hanya diam. Wajahnya berubah, Dela pun heran dibuatnya.

"Bukan aku. Dia cuma memeriksa kondisi fisik aku. Tapi, dia dokter yang menangani Kak Rani beberapa tahun yang lalu," jawab Fadel dengan lirih. Dela mengernyitkan dahinya tak mengerti.

"Kak Rani? Siapa?"

"Dia kakak aku satu-satunya," jawab Fadel meletakkan mangkuk yang di genggamannya ke atas meja di samping tempat tidurnya. Dela semakin mengernyitkan dahinya.

"Maksud kamu? Bukannya kamu anak tunggal?"

"Aku gak pernah bilang kalau aku anak tunggal, kan?"

Dela terdiam. Jadi, selama ini Fadel adalah anak bungsu, bukan anak tunggal? Namun karena kematian kakaknya, dia jadi anak tunggal? Entahlah! Situasinya agak rumit dimengerti di sini.

"Maaf kita jadi bahas yang seharusnya gak dibahas," ucap Dela menghela napasnya.

Fadel menggeleng. "Gak papa. Semenjak kematian Kak Rani, aku jadi terlalu diperhatikan Bunda Ayah. Selalu disuruh periksa kondisi tubuh ke rumah sakit, agar gak kejadian lagi hal yang sama,"

Dela tersenyum lalu mengangguk. "Ehm, udah makan nya? Aku mau bawa ini dulu ke dapur"

Fadel mengangguk.

"Minum obatnya," ujar Dela seperti memberi tatapan mematikan jika Fadel tak minum.

"Iya! Dasar bawel," jawab Fadel menutup selimut ke seluruh kepalanya.

***

"Hh, sial. Aku jadi penasaran..." gumam Dela berjalan mondar-mandir sedaritadi sambil menggigit-gigit jarinya.

"Kalau Kak Rani emang meninggal karena penyakit, tapi penyakit apa? Aihh, sumpah, bikin sakit kepala aja..." desah Dela menghempaskan tubuhnya ke kasur. "Tapi, kenapa aku malah penasaran gini? Ah bodo, bukan itu masalahnya. Yang penting harus tau."

Dia mendongak ke atas. Sesekali, dahinya berkerut melihat pintu geser yang tertutup rapat di atap-atap kamarnya, dan pintu tersebut menghubungkan kamarnya dengan kamar tidur diatas tersebut.

Di rumah ini ada enam kamar. Kamar Dela, kamar mama dan papanya (kini ditempati Fadel), kamar tidur kosong (yang berhubungan dengan kamar Dela tadi), kamar si Mbok, dan kamar Pak Carsuki.

Setelah memikirkan yang entah apalah itu, Dela segera berjalan dengan langkah cepat menuju kamar Fadel yang ada di sebelah kamarnya.

"Woi!" kejut Dela langsung membuka kamar Fadel. Fadel yang sedang membaca buku tampak terperanjat.

"Kaget aku! Ngapain kamu kayak singa mau nyerang gitu?" ujar Fadel seraya meletakkan buku yang dibacanya ke atas meja di sebelah tempat tidurnya.

"Gini, kamu bilang tiga hari lagi mama bakal datang, kan?" tanya Dela duduk di tepi tempat tidur Fadel. Fadel mengangguk.

"Terus?"

"Nah, kamu kan sekarang lagi tinggal di kamar Mamaku, nanti Mama mau tidur di mana? Di kamar atas?"

"Ya, kenapa emangnya, kalau Tante Kinta di kamar yang di atas kamar kamu? Toh, mama sendiri," ucap Fadel.

"Gak ah, malas. Kamu pindah aja ya, ke sana, biar Mama di sini. Aku malas banget, kalau mama yang di atas." pinta Dela dengan nada memelas sambil menyatukan kedua telapak tangannya.

FADELAWhere stories live. Discover now