Devon: Lyn, maaf, saya gak bisa nganterin kamu pulang hari ini, ada keperluan mendadak. Kamu gak keberatan kan kalo naik angkutan umum aja? Maaf banget ya.

Sherlyn menghembuskan napas kesal. Hari ini benar-benar menjadi hari yang sial untuknya. Tadi pagi ia kembali lupa membawa buku PR-nya dan berakhir disetrap guru di depan kelas. Ia tidak bisa mengobrol ataupun makan bersama Kinta walaupun itu di waktu istirahat, karena Kinta yang tiba-tiba menghilang entah ke mana, bersama beberapa teman sekelasnya yang lain. Saat kembali ke kelas, bel sudah berbunyi dan Kinta mengatakan ia habis disuruh membantu Pak Eddy membersihkan laboratorium komputer bersama teman-temannya yang lain juga. Pulang sekolah, ia ditinggal oleh teman-teman satu tim piketnya dan berakhir ia harus piket sendirian dan Devon tiba-tiba mengabarkan hari ini ia tidak bisa mengantar Sherlyn pulang karena ada keperluan mendadak. Mungkin urusan OSIS. Padahal Sherlyn sudah lelah sekali.

Akhirnya, Sherlyn pun memutuskan untuk pulang sendiri dengan naik bus kota. Namun tiba-tiba, sebuah pesan kembali masuk ke notifikasi ponselnya ketika ia sedang menunggu bus kota di halte depan OHS. Dari Vina, ibunya.

Bunda: Lyn, bisa mampir ke toko swalayan dulu gak sebentar? Beliin Bunda kecap, sebotol aja. Sama body-lotion yang biasa, dua botol. Nanti uangnya Bunda ganti di rumah, oke? Makasih ya Sayang sebelumnya.

Sherlyn menghembuskan napas, kemudian mengetikkan balasan 'oke' dengan terpaksa.

********************

Sherlyn mengitari seluruh toko swalayan itu, mencari-cari sebotol kecap dan dua botol body-lotion yang biasa digunakan Vina. Agak sulit, karena sore ini ternyata cukup banyak pengunjung yang datang.

Setelah menemukan apa yang ia cari, Sherlyn segera mengantre di kasir untuk membayar belanjaannya. 'Aduh, antreannya panjang banget lagi! Sabar ... sabar.'

********************

Sherlyn membuka gerbang rumahnya dengan perlahan. Jam sudah menunjukkan pukul 17.45. Sudah hampir gelap, dan ia baru sampai di rumah. Lelah sekali rasanya. Apalagi jalanan di kota besar seperti Jakarta amat padat sore-sore begini. Sherlyn jadi pulang sejam lebih lama. Ya, lama di jalan.

Sherlyn membuka sepatunya dengan perlahan dan meletakkannya di rak sepatu. Ia menatap rumahnya. Mengapa sekarang rumahnya terasa lebih sunyi? Ia memutuskan untuk tidak mempedulikan hal itu. Yang ada di pikirannya kini hanyalah ranjangnya yang empuk. Tak sabar ia untuk segera merebahkan diri di atasnya.

Ia segera memasuki rumahnya. Kembali ia dibuat heran. Ruang tamu rumahnya tidak biasanya sesunyi ini. 'Apa Bunda belum pulang kerja?' Sherlyn bertanya-tanya dalam hati. Ia berjalan menuju meja makan dan meletakkan plastik putih berisi sebotol kecap dan dua botol body-lotion di atasnya. Ia berbalik, berjalan menuju lantai dua, menuju kamarnya tercinta.

Langkah Sherlyn terhenti seketika saat mendengar bisikan-bisikan aneh dari dalam kamarnya. 'Eh, ada orang di kamar gue?! Ah, jangan-jangan Bang Rey sama Enno usil berantakin dan ngambilin alat tulis cadangan gue lagi! Liat aja tu anak dua!' Sherlyn berusaha untuk berpikiran positif. Ia menggenggam erat knop pintu kamarnya, sedikit gemetaran. 'Kalo ternyata maling gimana?!' Sherlyn menggeleng kuat-kuat, berusaha menepis pikiran-pikiran buruk itu.

Perlahan namun pasti, Sherlyn membuka pintu kamarnya, dan yang pertama kali ia dengar saat pintu kamarnya belum sepenuhnya terbuka adalah....

One, two, here we go!

Sherlyn menelan liurnya. Perasaannya campur aduk. Ia tahu suara siapa itu! Ia pun melongokkan kepalanya ke dalam kamarnya, dan nyanyian itu pun berlanjut bersamaan dengan perasaannya yang membuncah tak karuan.

EXTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon