Five

4K 197 6
                                    

Karena bosan menunggu jam pelajaran Bu Lina berakhir di depan kelas, akhirnya Sherlyn memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi sekolah. Beruntung ia tidak berpapasan dengan satu guru pun, jadi tidak ada yang menanyainya mengapa ia berjalan-jalan di koridor kelas sepanjang jam pelajaran.

Ketika sampai di taman sekolah samping, Sherlyn berhenti sejenak, memandang bangku besi panjang bercat hijau yang ada di sana. Ia teringat sesuatu-yang sebenarnya tidak ingin ia ingat berkaitan dengan taman dan bangku itu. Perlahan, senyum lemahnya muncul. Kemudian, entah ia sadar atau tidak, kedua kakinya sudah berjalan menuju bangku itu, duduk nyaman di atasnya. Ia menatap seluruh taman itu. Masih sama persis semenjak Vigo memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka di sini beberapa hari yang lalu.

Tanpa ia sadari, seorang lelaki yang kebetulan melewati taman itu melihat ke arahnya, kemudian berlari-lari kecil menyusulnya, lantas duduk di sebelahnya. Sherlyn sedikit kaget menyadari keberadaan lelaki itu yang tiba-tiba. Lelaki itu tersenyum manis ke arahnya, yang mungkin dapat membuat siapa saja meleleh melihat senyuman berlesung pipitnya itu. "Ngapain kamu bengong di sini? Gak belajar di kelas?"

Devon.

Sherlyn tersenyum canggung, kemudian berganti cengiran ketika menyadari apa maksud awalnya berjalan-jalan di sekitar sekolah. "Aku lupa bawa buku PR sejarah, Kak. Jadinya ... ya gitu deh."

"Haha, sama Bu Lina ya?" tebak Devon. Sherlyn mengangguk malu-malu. "Nggak apa-apa dikeluarin pas jamnya dia, rejeki itu namanya," lanjut Devon.

Sherlyn tertawa pelan, kemudian menatap Devon. "Kakak sendiri? Kenapa keluar kelas?"

"Saya ketiduran pas jamnya Pak Bagus, jadi disuruh keluar juga deh," jawab Devon enteng tanpa mengalihkan pandangannya sesenti pun dari Sherlyn.

Sherlyn membulatkan kedua matanya tak percaya. Bagaimana bisa? Devon, anggota OSIS sekaligus calon ketua OSIS di Olympus High School, murid teladan dan kesayangan guru-guru, ketiduran di kelasnya sampai dikeluarkan juga dari kelas? Ajaib.

"Serius? Kok bisa sih, Kak?"

"Yah, kamu nggak tau aja saya aslinya gimana. Kamu baru sih di sini. Saya sering ketiduran kalo jam pelajaran," jawab Devon, tersenyum miris. Sherlyn hanya ber-oh panjang. 'Hebat juga. Ternyata Kak Devon sama aja kayak murid-murid kebanyakan,' batin Sherlyn. "Hm ... gimana kalo kita ke kantin aja? Daripada nunggu bel istirahat, lama. Mending makan duluan, mumpung sepi. Mau gak?" ajak Devon tiba-tiba.

Sherlyn mengangkat kedua alisnya, menunjuk dirinya sendiri. "Sama aku, Kak?"

"Ya emangnya ada siapa lagi di sini selain saya sama kamu?" jawab Devon, sedikit tertawa. 'Ih, lucu ketawanya,' batin Sherlyn lagi. Ketawanya Devon memang khas, dan itu menggemaskan sekali. Kedua matanya akan berbentuk garis dan giginya yang gingsul di bagian kanan atas akan terlihat manis sekali, ditambah kedua lesung pipitnya di pipinya yang putih.

Devon memang mempesona, dan sekarang Sherlyn sedang memandang pesona Devon seorang diri. Benar-benar rejeki. Banyak siswi lain yang selalu berusaha keras mendekati dan berinteraksi dengan Devon, apapun cara dan alasan mereka buat. Sementara Sherlyn? Dengan begitu mudahnya Devon menghampirinya sendiri dan langsung mengajaknya mengobrol, bahkan sekarang mengajak makan di kantin berdua.

'Mungkin perkataan Kinta kalo hari ini adalah hari sial gue nggak bakal jadi kenyataan deh! Abis ini gue harus cerita ke dia pokoknya!' ucap Sherlyn dalam hati, tersenyum diam-diam.

"Kok diem? Mau gak?" ajak Devon lagi. Akhirnya, Sherlyn pun mengangguk, tersenyum menatap Devon. Mereka berdua segera berjalan beriringan menuju kantin sembari mengobrol ringan, tanpa sadar ada yang menatap mereka diam-diam dari kejauhan.

EXTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon