Thirty One

2.2K 124 5
                                    

Sudah sekitar setengah jam lebih murid-murid itu berusaha keras menaklukkan Puncak Mahameru. Sebentar lagi matahari akan terbit. Beberapa dari mereka putus asa mereka tidak akan bisa melihat matahari terbit dari puncak.

Sementara itu, Doni terus menyemangatinya. "Ayo semangat, Anak-anak! Puncak Mahameru sudah di depan kalian! Sedikit lagi! Kuatkan tekad kalian!"

Murid-murid bersorak kencang. Napas mereka semua ngos-ngosan. Langkah mereka sempat berhenti beberapa kali, lalu melangkah lagi. Peluh bercucuran, namun mereka kedinginan. Suhu benar-benar sangat rendah sekarang.

"Argh!"

"Vigo!" Sherlyn buru-buru meraih Vigo ketika lelaki itu terjerembab ke depan. Sherlyn mengulurkan tangannya, membantu Vigo bangkit. "Lo gapapa?" tanya Sherlyn khawatir. Sebenarnya, ia sudah khawatir semenjak mereka di Kalimati. Ia tidak menyangka Vigo akan ikut ke Puncak Mahameru. Setahunya, penderita hipotermia dianjurkan tetap di Kalimati oleh para agen wisata dan guru-guru.

Vigo sedikit tersengal. Beberapa temannya yang lain membantunya berdiri. Lelaki itu hanya mengangguk, berdiri sekuat tenaga untuk berdiri. Ia memperbaiki posisi maskernya. Suhu semakin lama semakin rendah, dan tubuhnya sudah menggigil sejak tadi. Ia berdoa semoga saja hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Go, beneran gapapa?" Eldo menghampirinya, bertanya khawatir.

Vigo tak menjawab, meringis pelan, lalu mengangguk. "Gapapa. Ayo, lanjut."

********************

Puncak Mahameru nampak jelas sekali di kedua mata murid-murid itu. Namun anehnya, mereka tak juga sampai ke sana.

"Anak-anak! Kalian harus kuatkan tekad lagi, yakin pada kemampuan diri sendiri! Kita bisa, Anak-anak. Kita akan menaklukkan gunung ini bersama-sama! Kalian peserta pendaki termuda dan terbanyak yang pernah kami pandu. Sebuah kehormatan besar jika kalian dapat menjejakkan kaki sambil menatap matahari terbit dengan tegap di puncak sana! Semangat!" Doni kembali berseru. Murid-murid itu—walaupun kelelahan, namun tetap balas berseru. Tekad mereka semakin kuat. Keyakinan menyelimuti hati mereka semua. Mereka pasti bisa!

********************

Jatuh-bangun mereka menaklukkan trek ini. Butuh perjuangan, pengorbanan, dan kesabaran besar bagi mereka untuk dapat sampai ke titik ini. Dan segala yang telah mereka kerahkan tidak sia-sia! Ya, tinggal selangkah lagi, mereka menyentuh titik teratas Puncak Mahameru!

Eldo berhenti sesaat. Kedua matanya berkaca-kaca. Ia berbalik, tersenyum lebar, walaupun senyumannya tidak terlihat tertutup masker. Ia mengulurkan tangannya kepada Kanaya, dan Kanaya menyambutnya. Selanjutnya, Kanaya mengulurkan tangannya pada Raka, Raka pada Kinta, Kinta pada Vigo, dan Vigo pada Sherlyn. Sherlyn menerima uluran tangan itu dengan ragu. Hingga akhirnya, barisan panjang itu saling menggenggam tangan satu sama lain. Doni sudah berdiri di puncak. Kedua matanya pun turut berkaca-kaca. Kebanggan membuncah kuat dalam dadanya. Eldo melangkahkan kakinya, membantu teman-temannya naik ke Puncak Mahameru, bersama-sama berdiri di sana.

Dan ketika mereka semua sudah menginjakkan kaki di puncak—dibarengi oleh matahari yang terbit dari ufuk Timur, seluruh rombongan itu berseru-seru, bersorak bahagia. Beberapa diantara mereka melepas kacamata dan masker, kemudian menangis haru. Beberapa lagi langsung mengabadikan momen menakjubkan itu dengan kamera ataupun ponsel masing-masing.

Ya, semuanya bahagia. Mereka berfoto bersama dengan latar belakang matahari terbit. Kemudian, mereka semua menghadap ke matahari itu, menyaksikan keindahan proses terbitnya si Bola api raksasa. Rasa bahagia dan bangga membelah dada mereka.

Sherlyn membuka maskernya. Hidungnya sedikit merah karena kedinginan. Ia tersenyum lebar menatap matahari terbit. Ia sangat bahagia, melupakan segala luka yang belum lama ia rasakan. Betapa indah ciptaan Tuhan. Bukan main luar biasanya. Dalam hati, ia mengucap puji dan syukur berkali-kali. Ia merogoh ponselnya, memotret gambar matahari terbit berkali-kali. Vina, Irwan, Reynand, dan Enno pasti akan turut bangga dan bahagia melihat ini.

EXWhere stories live. Discover now