Thirty Six

2.4K 123 0
                                    

2 minggu setelahnya, Olympus High School pun memulai tahun ajaran baru. Mereka yang tadinya kelas 10 kini sudah naik ke kelas 11, kelas 11 ke kelas 12, dan kelas 12 lulus sekolah, tentu saja.

Sherlyn yang kondisinya juga sudah jauh lebih baik pun bisa masuk sekolah di hari pertamanya kelas 11. Beberapa teman dan guru menyapanya, bertanya bagaimana kabarnya. Tentu saja, berita tentang hilangnya ia dan Vigo di Gunung Semeru dan akhirnya bisa ditemukan kembali menjadi sangat viral.

Sherlyn berjalan ke lorong kelas 11, memeriksa di kelas manakah ia akan berada dalam 2 semester ke depan. Ia menuju kelas paling pertama, 11 IPS 1. Ia membaca selembar kertas yang ditempel di pintu masuk kelas tersebut—daftar nama. Dan tidak ada namanya. Sherlyn berjalan kembali ke kelas 11 IPS 2. Namanya pun tak ada. Ia kembali berjalan menuju kelas 11 IPS 3. Benar dugaannya, namanya tertera di sana! Dan yang membuatnya tambah girang adalah ternyata ia sekelas lagi dengan Kinta. Namun sepertinya Kinta belum datang.

Sebelum masuk kelas, Sherlyn membaca satu-persatu nama teman-teman yang sekelas dengannya. Beberapa ada yang ia kenal, beberapa hanya tahu nama dan wajahnya namun tidak pernah mengobrol dengannya, dan sebagian kecil ia tidak mengetahuinya. Tadinya ia tenang-tenang saja membaca absen 1 sampai 22. Namun tepat di nomor 23, kedua matanya terbelalak. Tertulis jelas di sana nama 'Vigo Ares Aldebaran'. Wajahnya pias seketika, untuk beberapa alasan.

'Sial! Gimana gue bisa sekelas sama dia?!' rutuk Sherlyn dalam hati. Selain Vigo, ia juga sekelas dengan Raka. Oke, ini ajaib. Ia sekelas dengan 2 teman SMP-nya, dan salah satu dari mereka adalah mantannya.

Belum habis rasa terkejutnya, tiba-tiba di belakangnya ia merasakan hawa-hawa seorang manusia yang juga membaca daftar nama itu. Sherlyn mengenal aroma parfumnya. Gadis itu menoleh ke belakang, menatap seorang lelaki berwajah jutek yang pandangannya terus ke kertas putih itu, tidak merasa terhalangi oleh Sherlyn karena gadis itu memang lebih pendek darinya. Vigo.

Tanpa berkata apa-apa, lelaki itu langsung mendahului Sherlyn masuk kelas. Bahkan Vigo tidak mau repot-repot menanyakan kabar Sherlyn. Jangankan bertanya, menatap saja tidak. Untuk sesaat Sherlyn merasa aneh dengan perubahan sikap Vigo.

********************

Ketika istirahat tiba, Sherlyn sudah membulatkan tekadnya untuk berbicara dengan Vigo. Ia menunggu di luar kelas. Ia pun mempersilakan Kinta pergi ke kantin duluan bersama teman-teman sekelasnya yang lain. Tepat saat Vigo keluar kelas bersama Raka, Sherlyn langsung menarik lengan Vigo. Vigo berdecak kesal.

"Gue mau ngomong sama lo," ucap Sherlyn lirih. Vigo hanya membuang wajah, berusaha melepaskan cengkeraman tangan Sherlyn. Namun Sherlyn lebih keras kepala. Ia menatap Raka yang hanya menatap mereka berdua dengan bingung. "Ka, lo ke kantin duluan aja. Gue ada perlu sama Vigo."

Setelah Raka pergi, Vigo langsung menepis tangan Sherlyn dengan wajah kesal. "Mau ngomong apa?"

"Lo kenapa?" tanya Sherlyn langsung saja. "Dan lo ke mana aja? Gue selalu nungguin lo ya Go di rumah sakit, tapi lo gak pernah dateng. Gue juga minta bunda untuk hubungin lo, minta lo dateng, tapi lo gak dateng juga, Go. Apa segitu susahnya, segitu sibuknya ya lo sama ZC sampe-sampe gak ada waktu buat jengukin gue sebentar aja? Bukannya gue pengen banget lo jenguk, tapi ada sesuatu penting yang mau gue omongin dan gue gak bisa ngomong lewat chat."

Vigo menggosok hidungnya kasar. Sejak tadi ia sama sekali tidak mau menatap Sherlyn. "Gak usah bawa-bawa ZC."

"Lo kenapa sih? Marah sama gue gara-gara kejadian di Gunung Semeru itu, hah? Lo benci sama gue?" Sherlyn menatap Vigo tajam.

Vigo balas menatapnya dengan wajah tak suka. "Gak usah bawa-bawa kejadian itu. Gue udah lupa semuanya," jawab Vigo, bersiap beranjak dari sana.

Namun Sherlyn lebih cekatan dan menarik tangannya lagi. "Terus kenapa lo jadi gini? Seakan-akan lo gak kenal sama gue."

EXजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें