Thirty Two

2.1K 127 0
                                    

"Lo bener-bener gak inget jalan pulang ke camp apa, Go?!"

"...."

"Harusnya tuh lo inget! Please, inget-inget lagiii!"

"...."

"Go, denger gak sih?! Lo bener-bener nggak inget?"

"Gimana gue bisa inget kalo jalan yang gue laluin dari tadi ijo semua, gak ada patokannya! Marah-marah mulu lo, kita kesasar kayak gini juga karena lo. Lo sih gak sabaran, bukannya nungguin yang lain kalo mau ambil minum!" Vigo berkata emosi, lelah diomeli oleh Sherlyn sejak tadi, dan akhirnya ia balas mengomel. Mereka berdua berjalan tak tentu arah. Sherlyn di depan, menyibak semak belukar dan rumput-rumput sembari menggerutu, sementara Vigo di belakangnya, hanya diam mendengar Sherlyn mengoceh.

Namun pada akhirnya ia meledak juga.

Sherlyn menghentikan langkahnya, melotot galak menatap Vigo. Makin kesal saja ia pada makhluk Tuhan yang satu itu. Vigo ikut menghentikan langkahnya, menatap Sherlyn datar. "Ya siapa suruh lo ngikutin gue, hah?!" sentak Sherlyn.

Vigo memutar bola matanya. "Udah sih! Kalo gue gak ada di sini lo sendiri kan yang susah?! Udah untung kesasar berdua," balas Vigo, merutuk tertahan.

"Apanya yang untung?!" omel Sherlyn dengan galaknya. "Haish!" Sherlyn memutar tubuhnya, kembali berjalan tak menentu. Namun dalam hati, ia bersyukur juga karena harus tersesat berdua dengan Vigo. Daripada sendirian? Hanya saja ia gengsi mengakuinya. Tadinya ia sudah sangat bahagia karena Vigo muncul di saat yang tepat—karena ia kira Vigo tahu jalan kembali menuju camp Kalimati dan mereka akan ke sana berdua, namun ternyata harapan yang ia taruh kepada Vigo terlalu tinggi. Ia kira Vigo bisa diandalkan, namun ternyata lelaki itu malah ikut tersesat bersamanya. Cukup mengecewakan.

Vigo tidak mempedulikan gerutuan Sherlyn. Ia terus melangkah, mengikuti ke manapun Sherlyn berjalan. Tiba-tiba Sherlyn berhenti berjalan. Wajahnya pias. Vigo mendekat, bertanya, "Kenapa berenti?"

"Kayaknya kita udah lewat sini deh," ucap Sherlyn pelan.

Vigo menahan emosinya yang sudah sampai di ubun-ubun. Ia mengalihkan wajah, mengacak rambutnya dengan frustrasi. Salahnya juga membiarkan Sherlyn memandu jalan. "Gue lupa kalo lo buta arah. Udah deh, mending gue aja yang mandu jalan!" hardik Vigo. Sherlyn hanya cemberut lucu diejek seperti itu. Namun akhirnya ia pun berjalan di belakang Vigo, membiarkan Vigo memandu jalan, mengira-ngira jalan menuju camp Kalimati.

********************

Sementara itu di camp Kalimati....

Murid-murid OHS sudah bersiap-siap untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju Jambangan setelah mengisi persediaan air minum masing-masing di mata air Sumber Mani. Kinta berdiri dengan resah di barisan kelompoknya. Sherlyn benar-benar menghilang!

"Eh, Vigo mana dah?" celetuk Raka yang berdiri di depannya. Lelaki itu celingukan, mencari sosok salah satu sahabatnya.

Kinta terbelalak. Ia menepuk pundak Raka. "Vigo ilang juga?" tanya Kinta panik begitu Raka menoleh.

Raka memasang wajah bingung. "Ilang 'juga'? Lah, emang selain dia siapa lagi yang nggak ada?"

"Sherlyn juga gak ada!" Kinta benar-benar panik sekarang. Pekikannya terdengar oleh anggota kelompok mereka yang lain. Raka terbelalak lebar. Eldo langsung mendekati mereka.

"Ada apaan? Ada yang ilang?" tanya Eldo.

"Vigo sama Sherlyn gak ada!" jawab Raka. Sontak, mereka semua pias. Eldo berjalan dari depan ke belakang, memeriksa. Benar, dua anggota kelompoknya telah menghilang!

EXWhere stories live. Discover now