Thirty Nine

2.6K 145 4
                                    

"MAJU LO, BAJINGAN!" teriakan Vigo yang menggelegar marah terdengar di langit-langit pabrik bekas tersebut, menatap tajam ke arah David yang masih berdiri dengan santainya di ujung sana. 5 orang anak buah David yang tersisa nampak terengah-engah, merintih kesakitan, walaupun tidak separah teman-teman terdahulu mereka. Vigo masih berdiri tegak walaupun sekujur tubuhnya kini sudah penuh memar dan luka.

David berdecih. "10 lawan 1. 10 anak buah gue ngerintih kesakitan lawan 1 'sampah' macem lo. Fantastic."

"Bacot!" Vigo menggeram. Ia melangkah lebar-lebar ke arah David dan langsung melayangkan tinjunya. Sayangnya, David lebih sigap. Ia menghindar ke kanan dan meraih tangan Vigo, memelintirnya ke belakang. Vigo berusaha melepaskan diri. Ia menyikut perut David di belakangnya yang membuat lelaki itu lengah, lalu kembali menghadapnya dan melayangkan sebuah tinju keras tepat ke wajahnya, membuat David terhuyung. Napasnya terengah-engah, puas menatap David yang meringis kesakitan. Hidungnya mengeluarkan darah segar.

David menatap Vigo dengan tajam. Ia menggeram marah karena terkena pukulan. "Kalo lo berpikir lo berhasil mukul gue dan kemungkinan lo bakal menang, lo salah. Karena semua ini baru dimulai!"

Pertarungan itu pun kembali berlanjut.

********************

"Ke mana lagi ya ini carinya?" Faren menghentikan motornya di pinggir aspal. Ia berpikir keras, ke manakah Vigo akan pergi jika sedang ada masalah. Rombongan anak-anak ZC yang mengekorinya berhenti tepat di belakangnya. Mereka sempat berpencar, dan di sinilah titik pertemuan mereka.

"Kita udah cari ke tempat Vigo biasa nongkrong, Bang. Nggak ada," lapor Raka yang memboncengi Sherlyn. Sherlyn di belakang Raka hanya bisa memasang wajah khawatir.

"Di daerah geng motor lain juga nggak ada. Kita udah tanya-tanya sama beberapa kenalan, mereka nggak tau," gantian Roy yang melapor.

Faren mendadak gusar. Tidak biasanya Vigo seperti ini. Ketika ia sedang terdiam sembari menunduk—gaya khasnya jika sedang berpikir, suara Rome mengalihkan perhatiannya.

"Ka, tadi lo bilang, lo sama yang lain cari Vigo di tempat dia biasa nongkrong?" tanya Rome. Raka mengangguk. Rome langsung menggeleng. "Vigo lagi ada masalah, dia bilang sendiri. Bukannya lagi santai-santai kayak biasa. Dia gak bakal pergi nge-gym, latihan Taekwondo atau Kick Boxing, main gokar, apalagi kebut-kebutan di jalan kayak biasa, atau balapan sama anak geng lain. Pantes aja kalian nggak bisa nemuin Vigo, orang kalian nyarinya ke tempat biasa dia nongkrong saat gak ada masalah. Rombongan gue juga salah sih, malah nyari ke wilayah geng motor lain. Harusnya kita cari ke tempat yang sekiranya bakal Vigo datengin kalo dia lagi ada masalah."

Kini, hampir seluruh mata menatap Rome. Hipotesanya sangat masuk akal. Pantas saja ia cerdas dan pintar.

"Tapi ... tempat yang kira-kira bakal didatengin Vigo kalau dia ada masalah tuh di mana?" suara Sherlyn memecah keheningan.

Faren kembali menyalakan mesin motornya yang tadi memang sempat ia matikan. "Gue rasa gue tau di mana. Gue tau salah satu tempat untuk fight, yang sepi dan jauh dari keramaian. Kalo perkiraan gue bener, dia lagi fight sekarang sama orang yang punya masalah sama dia. Ayo, ikut gue!"

********************

Vigo semakin kewalahan dan terdesak. Pasalnya, anak buah David yang berhasil ia tumbangkan satu-dua orang mulai bangkit kembali, ikut menyerangnya habis-habisan. Vigo sendiri kewalahan menghadapi David. Ilmu beladiri anak itu tidak bisa diremehkan. Mati-matian Vigo bertahan di sana. Puluhan pukulan dan tendangan mengenai wajah dan tubuhnya.

Namun Vigo tetap tidak mau menyerah. Seluruh tubuhnya gemetar kesakitan, namun ia tetap mengerahkan seluruh kemampuan beladirinya sekuat mungkin. 'Shit! Anak buahnya David ganggu banget!' Vigo memaki dalam hati. Masalahnya, ini adalah pertarungannya dengan David, namun anak-anak buahnya entah mengapa turut serta, membuatnya semakin terdesak dan terpojok.

EXWhere stories live. Discover now