"Bagaimana perasaanmu setelah terapi semalam, Will?"

"Aku merasa lebih baik. Tapi perutku sekarang menjadi agak mual."

Dokter Schmidt tersenyum ramah setelahnya, "Itu selalu terjadi. Well, habiskan makananmu. Setelah itu jangan lupa kau meminum obatnya. Aku jamin kau akan segera sembuh."

Sembuh? Oh, tentu saja. Itu yang selalu dokter katakan terhadap pasien mereka, bukan? Memberikan motivasi pada mereka yang terlihat tidak memiliki harapan. Aku berpikir demikian bukan berarti Will tidak memiliki harapan untuk sembuh—tentu saja ia punya, hanya saja keadaan ekonomi kami yang tidak dapat menunjang harapannya.

"Kau dengar itu, Will? Jadi kau harus selalu menghabiskan susumu agar kau bisa cepat sembuh." Tuturku.

"Dokter tidak berkata seperti itu. Berhentilah memprovokasiku, Kenya."

Aku tergelak mendengarnya, "Apa kau bilang? Kau dapat kata-kata itu dari mana?"

"Sherlock musim ke-2."

Dokter Schmidt langsung terkekeh lalu berjalan ke arahku setelah menyerahkan papannya pada suster. "Setiap hari ia menonton serial itu di tv. Semalam saat ia menjalani kemo saja ia memohon untuk menyalakan tv karena ingin menonton tayangan ulangnya."

"Aku bisa lihat itu." Aku mengangguk mengiyakan. Meski aku bukan tipe orang yang banyak menonton serial di tv, tapi semalam aku memang mendapati Will sedang menontonnya dengan serius.

"Schmidt!" seseorang berseru dibarengi oleh kemunculannya bersama seorang suster lain yang berjalan mengekor di belakangnya. Siapa lagi kalau bukan Harry?

Oh, hebat. Tapi tunggu dulu, ada apa ia kemari??

"Harry?" gumam dokter Schmidt begitu ia menoleh ke arah putra tirinya.

"Maaf dokter. Saya sudah menyuruhnya agar menunggu di ruanganmu, tapi dia—"

"Tidak apa, Sam. Terimakasih."

Seketika itu pula suster yang terlihat panik itu langsung pergi meninggalkan ruangan. Aku tidak bisa membayangkan apa yang telah Harry lakukan terhadapnya sehingga ia terlihat panik dan ketakutan.

"Harry, aku sedang sibuk. Apa kau tidak lihat aku sedang memeriksa adik dari nona Sharp?" ujar dokter Schmidt setelah Harry berjalan mendekat ke arahnya, namun masih dengan menjaga jarak tentu saja.

"Oh, ya. Aku bisa lihat itu." Ujar Harry sarkastik sembari memandangiku dan ayahnya secara bergantian.

"Ini tentang semalam, bukan?"

Harry mengangkat sebelah alisnya. Meski aku tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan, tapi aku bisa merasakan ketegangan yang terjadi di antara ayah dan anak tirinya. Gaya berbicara mereka yang kaku terkesan menggambarkan ada dinding yang menghalangi keduanya dalam berkomunikasi.

Sejurus kemudian dokter Schmidt berangsur ke arah Will dan mengecek suhu tubuhnya. Ia memasukkan sebuah termometer ke dalam mulutnya sebelum kembali berkata, "Sudah kukatakan padamu, jika kau menginginkannya maka kau harus menemui ibumu terlebih dahulu."

"Aku sudah menemuinya sebulan yang lalu." Harry menggerutu seperti biasanya. Dan kupikir dia sedang mencoba untuk membuat kekacauan.

"Dua bulan." Timpal dokter Schmidt mengoreksi.

"Serius, Christ?!Kau tahu aku hanya akan mengunjunginya tiga bulan sekali!"

"Harry, kau tidak lihat aku sedang apa? Kita tidak bisa membahasnya sekarang, jadi kuminta kau keluar sekarang juga."

CHANGED (sudah DITERBITKAN)Where stories live. Discover now